Anasmapalasta's Blog

Mengambil Tidur Serius…….

Hanya ketika Anda berpikir Peradaban Barat memiliki cukup banyak masalah, datanglah seseorang untuk memberi Anda alasan lain untuk khawatir. Waktu sekitar nabi kita kiamat adalah Profesor Charles A. Czeisler dari Harvard Medical School, yang menginformasikan kepada kita dalam artikelnya baru-baru ini di Nature bahwa kedua anak-anak dan orang dewasa di Amerika sedang tidur kurang dan kurang. Pelakunya bukan mesin Keurig, seperti nakal memikat seperti itu. Pelakunya adalah cahaya buatan.

Dan di sini saya pikir kurang tidur saya disebabkan combo ampuh rumah saya dari anak-anak kecil.

Tidak, rupanya itu adalah lampu listrik yang pelakunya, seperti Profesor menulis, itu bukan hanya overhead pencahayaan yang menyebabkan ini, tapi semua cahaya yang dilepaskan oleh “Semakin kita menerangi kehidupan kita, semakin sedikit kita tidur.” tercinta gizmos kecil elektronik seperti ponsel pintar, tablet, dan TV. Dan agar orang tergoda untuk bersukacita dalam kemampuan dewa-seperti kami baru untuk tidur hanya enam jam, bukan 8 atau 10 atau apa pun, Profesor menindaklanjuti laporan tentang menurunnya jumlah jam yang kita cenderung untuk tidur dengan paragraf mabuk berikut apa “insufisiensi tidur” dapat lakukan untuk kita:
 Joseph's Dream
“The US Institute of Medicine memperkirakan bahwa antara 50 juta dan 70 juta orang di Amerika Serikat menderita merugikan kesehatan dan konsekuensi keselamatan dari gangguan tidur dan tidur deficiency3, termasuk risiko yang lebih besar obesitas, diabetes, penyakit jantung, depresi dan stroke. Obesitas booming telah memicu epidemi paralel apnea tidur obstruktif, yang mengganggu tidur (lihat ‘tidur nyenyak’, hal. S8). Anak-anak menjadi hiperaktif daripada mengantuk ketika mereka tidak mendapatkan cukup tidur, dan mengalami kesulitan memusatkan perhatian, sehingga kekurangan tidur mungkin keliru untuk attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), kondisi semakin umum sekarang didiagnosis pada 19% anak laki-laki AS usia SMA. Sekitar 40% orang di Amerika Serikat melaporkan bahwa tidur mereka sering tidak cukup, dengan 25% pelaporan kesulitan berkonsentrasi karena kelelahan. WHO bahkan telah menambahkan pekerjaan shift malam ke dalam daftar yang diketahui dan kemungkinan karsinogen. Dan korban tewas akibat mengemudi saat lelah hanya kedua yang disebabkan oleh minuman mengemudi. ”

Pesan: Ambil tidur serius. Atau mati. Dalam beberapa cara.

Aku mengejek ini, tetapi hanya karena satu-satunya opsi yang harus tertawa atau menangis. Dalam kepentingan presentasi seimbang masalah ini, saya akan menunjukkan bahwa ada manusia yang luar biasa dalam sejarah yang telah mampu untuk mengorbankan dalam ukuran besar persyaratan ini biologis tidur, tapi saya juga akan mengakui bahwa untuk sebagian besar dari kita, paragraf di atas adalah penilaian yang realistis dari apa pergi tanpa akan lakukan untuk kita.

Tidak, saya tidak ingin setuju dengan semua ilmu medis ini, terutama ketika datang dari seorang pria yang tampak terhormat dengan kumis. Tapi aku ingin menyampaikan bahwa ada arti lain kemungkinan “mengambil tidur serius” di luar hanya mencoba untuk mendapatkan cukup itu. Satu juga bisa mengambil tidur serius dalam arti mencoba untuk membuatnya menjadi bagian yang berarti dalam hidup Anda, bahkan mungkin mencoba untuk mencapai sesuatu melalui itu.

Aku tahu kedengarannya gila. Seperti banyak pikiran gila saya, saya mendapatkannya dari Plato. Pertimbangkan hal berikut “waktu tidur ritual” yang diusulkan oleh Plato dalam Buku IX Republik:

“Saya kira bahwa seseorang yang sehat dan moderat dengan dirinya pergi tidur hanya setelah dilakukan sebagai berikut: Pertama, ia membangkitkan bagian rasional dan pesta-pesta pada argumen halus dan spekulasi, kedua, dia tidak melaparkan atau pesta selera nya, sehingga mereka akan mengantuk dan tidak mengganggu bagian terbaiknya dengan baik kesenangan mereka atau sakit mereka, tetapi mereka akan biarkan saja, murni dan dengan sendirinya, untuk melanjutkan investigasinya, merindukan setelah dan melihat sesuatu, ia tahu bukan apa, apakah itu adalah masa lalu, sekarang, atau masa depan, ketiga, ia menenangkan bagian bersemangat dalam cara yang sama, misalnya, dengan tidak jatuh tertidur dengan rohnya masih terangsang setelah ledakan kemarahan. Dan ketika ia telah tenang dua bagian dan membangkitkan ketiga, di mana alasan berada, dan sebagainya membutuhkan istirahatnya, Anda tahu bahwa saat itulah ia bests menggenggam kebenaran dan bahwa visi yang muncul dalam mimpinya yang paling durhaka. ” (trans. Grube)

Sekarang bagian medis yang bagian atas adalah akal sehat. Untuk menempatkan mereka dalam istilah modern, Plato menyarankan Anda untuk berhenti sering meraih diri Anda pada Chipotle saat berteriak marah pada anak-anak Anda saat menonton film horor segera sebelum pensiun untuk malam. Ada pergi malam saya.

Tidak, apa yang benar-benar menarik tentang itu kutipan di atas adalah apa yang Plato mengasumsikan: bahwa Anda masih dapat berpikir sedikit saat Anda sedang tidur dan bermimpi. Anda dapat melakukan rasional “penyelidikan,” dan “melihat sesuatu,” dan dalam melakukannya Anda mungkin tidak terikat oleh waktu dengan cara biasa. Anda bahkan dapat “menangkap kebenaran” dan memiliki “visi” ketimbang mimpi buruk.
Yusuf Mimpi

Yusuf Mimpi (Foto kredit: Wikipedia)

Apakah ini hanya takhayul dari dude Yunani primitif? Pertimbangkan bahwa banyak orang-orang hebat telah tidur dengan jurnal samping mereka sehingga mereka akan dapat wawasan segera terjaga dan merekam saat mereka tidur. Pertimbangkan bahwa sekolah guru bahasa asing tinggi bahkan kadang-kadang menyarankan siswa mereka untuk “mencoba” untuk bermimpi dalam bahasa yang mereka pelajari bersama-sama. Pertimbangkan bahwa dalam Perjanjian Lama, modus Allah disukai komunikasi dengan para nabi-Nya melalui mimpi (Bilangan 00:06).

Tapi aku tak satu pun dari hal-hal, Anda katakan. Dan aku tidak ingin berpikir dalam tidur saya, Anda katakan, saya hanya ingin melarikan diri beban saya untuk sedikit.

Ada dua masalah, meskipun. Pertama, Anda tidak tahu apa yang Anda. Selalu ada sedikit misteri tersisa, “gas tersisa dalam tangki” sedikit sebagai Rocky akan mengatakan. Dan kedua, mungkin dengan pendekatan yang lebih rasional untuk tidur Anda mungkin bermimpi wawasan yang akan memungkinkan Anda untuk menghindari masalah Anda dengan cara yang lebih stabil (lebih stabil, setidaknya, dari minum Jägermeister sampai Anda pingsan). Atau mungkin, pada catatan yang lebih serius, Anda bisa memiliki mimpi atau firasat bahwa akan bisa membantu orang lain. Dalam Perjanjian Baru, misalnya, sebagian besar komunikasi Allah kepada St Yosef yang jelas diberikan dengan Yesus dan Maria dalam pikiran. Hal ini tidak selalu tentang Anda.

Tidur memakan sekitar sepertiga dari hidupnya yang singkat Anda. Mengapa menyerah pada saat itu jika Anda tidak perlu? Mengapa membuangnya? Mengapa tidak mencoba percobaan Platonis mengambil serius, memperlakukannya sebagai sesuatu di mana Anda mungkin benar-benar memiliki ukuran marjinal kontrol? Jika Anda mencoba dan tidak ada yang terjadi, Anda kehilangan apa-apa.

Namun, jika Anda bermimpi beberapa nomor lotre, maka saya tahu dari sebuah blog yang bisa menggunakan sponsorship.

Filed under: umum

Crying Over Spilt Rilke

“You are so young, so before all beginning, and I want to beg you, as much as I can, dear sir, to be patient toward all that is unsolved in your heart and to try to love the questions themselves like locked rooms and like books that are written in a very foreign tongue. Do not now seek the answers, which cannot be given you because you would not be able to live them. And the point is, to live everything. Live the questions now. Perhaps you will then gradually, without noticing it, live along some distant day into the answer.” – Rainer Maria Rilke, Letters to a Young Poet

Rilke1

Courtesy of Knud Odde

I recently came across a used copy of Letters to a Young Poet, which I’ve been meaning to read for a long time now. As I was leafing through it in the book store, I noticed that there was a page number written somewhat emphatically in yellow highlighter at the top of the first page: “PAGE THIRTY-FIVE.” Naturally curious, I turned to page 35, and it was there that I found the above excerpt highlighted in yellow.

Reading it, I got goosebumps. Tears welled up in my eyes. Standing in a used book store in the middle of the day, I suddenly found myself in a state–if that makes any sense.

That passage was something I needed to read. And, for reasons I won’t go into, I needed to read it at that particular time. I didn’t know what to do with it, really–I still don’t–but I think that’s what Rilke’s saying, after all. We’re not supposed to know what to do with our sensations or experiences or doubts all the time. And that’s okay, because maybe we don’t have to. Maybe it just takes time. Maybe, as Rilke puts it, “everything is gestation and then bringing forth,” and we just have to suffer through the gestation part before we get to the bringing forth part.

I finished reading Letters yesterday, and it didn’t take long for me to see why it’s so well-loved. Rilke writes with such honesty, such kindness, offering much-needed reassurance to those of us with particularly turbulent or reflective inner lives. He acknowledges the darkness and the doubts that we as young creative types are likely to feel, but doesn’t condemn those feelings or attempt to cure them. Instead he tucks them snugly into bed with us, acknowledges them not only as natural but as beneficial, as companions, as key ingredients for our growth.

Pasternak-rilke

Sketch by Leonid Pasternak

For Rilke, as uncomfortable as the present might be, and as uncertain as the future always is, our experience of both is exactly what it needs to be. He writes, “the future enters into us in this way in order to transform itself in us long before it happens”–and what a difference that point of view makes. To view the future not as something external and adversarial that happens to us, but as something from inside us, something that springs from within so that no matter what it is, we might acknowledge it as being manageable, tractable–in our wheelhouse, as it were. Something we’ve been preparing for our entire lives, whether we realized it or not.

But until the future’s ready for us, what can we do? Like the excerpt says–and like some stranger somewhere highlighted in my copy years ago, perhaps thinking that someone like me might pick it up someday and read it–there’s no use trying to force the answers. All we can do is let them gestate deep inside while we struggle along with the questions.

And yes, it’s going to be a struggle. But if we can appreciate the struggle for what it is, maybe even learn to love the struggle–well, that’s half the battle right there, isn’t it?

(On a final note, although I’m convinced I would likely have come up with it myself eventually, I’d be remiss not to give credit for the milk/Rilke pun to my pal Matt Barbot. He coined it before me, but it was just too good for me not to use. Thanks, Matt.)

Filed under: umum

Leluhur Suku Nias

Pulau Nias dan Suku Nias | Ono Mbela, Nadaoya dan Lani Ewöna

Belajar Mengenal Budaya Nias | Bahasa Nias Rumpun Bahasa Austronesia

A. Asal-usul

Nias adalah gugusan pulau yang jumlahnya mencapai 132 pulau, membujur di lepas pantai barat Sumatra menghadap Samudra Hindia.

Tidak semua pulau-pulau berpenghuni. Hanya ada sekitar lima pulau besar yang dihuni oleh manusia, yaitu Pulau Nias (9.550 km²), Pulau Tanah Bala (39,67 km²), Pulau Tanah Masa (32,16 km²), Pulau Tello (18 km²), dan Pulau Pini (24,36 km²). Di antara kelima pulau tersebut, Pulau Niaslah yang berpenghuni paling padat, dan menjadi pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan. Pulau yang terkenal dengan budaya megalitiknya ini menyimpan beberapa misteri dan keunikan. Termasuk mengenai asal-usul leluhur orang Nias saat ini. Para penghuni pulau ini menyebut dirinya sebagai ono niha (orang Nias) yang diyakini oleh sebagian ahli antropologi dan arkeologi sebagai salah satu leluhur tertua di Nusantara.
Ada beberapa versi mengenai siapa sebenarnya leluhur suku Nias saat ini, baik yang bersumber dari hoho (cerita lisan yang berkembang di masyarakat Nias dan diwariskan secara turun-temurun sehingga menyerupai mitos), maupun data-data ilmiah temuan para arkeolog. Hoho yang berkembang di Nias menyebutkan bahwa manusia pertama yang tinggal di Nias adalah sowanua atau ono mbela.

  • Ono mbela > merupakan keturunan penguasa kayangan, Ibu Sirici, yang memerintahkan keenam anaknya untuk turun ke bumi menggunakan liana lagara; sejenis tumbuhan yang biasanya merambat di pohon. Karena liana lagara yang digunakan telah rapuh, sebagian di antara mereka ada yang jatuh ke bumi dan sebagian yang lain memilih tinggal di atas pohon. Anak turun Ibu Sirici yang memilih tinggal di atas pohon inilah yang kemudian disebut sebagai sowanua atau ono mbela (manusia pohon). Ono mbela dikenal memiliki kulit yang putih dan berparas cantik. Ciri-ciri fisik tersebut mengundang para peneliti untuk membuat sebuah interpretasi bahwa ono mbela berjenis kelamin perempuan.

“Lantas ke mana perginya anak turun Ibu Sirici yang jatuh ke tanah?”

Menurut sebuah versi hoho yang lain, mereka kemudian menyelamatkan diri dengan mencari perlindungan di gua-gua. Mereka tidak lagi disebut sebagai ono mbela tetapi nadaoya atau manusia yang menghuhi gua. Secara fisik keduanya berbeda. Jika ono mbela dikenal memiliki kulit putih dan berparas cantik, maka nadaoya dikenal memiliki kepala dan tubuh yang lebih besar dengan kulit berwarna gelap. Besar kemungkinan keduanya sudah tergolong bangsa manusia, namun berasal dari ras yang berbeda, bukan satu keturunan. Lantaran keterbatasan pengetahuan yang dimiliki penduduk Nias waktu itu, juga tata cara hidup yang berbeda, asal-usul keduanya kemudian cenderung dimitoskan karena dianggap memiliki nenek moyang yang berbeda dengan manusia pendatang. Apa yang dijelaskan hoho ini didukung oleh bukti-bukti ilmiah. Berdasarkan hasil penelitian Badan Arkeologi Medan, di Nias ditemukan jejak-jejak manusia prasejarah yang meninggalkan artefak-artefak di gua-gua, salah satunya yang terkenal adalah di Gua Tőgi Ndrawa yang terletak di Desa Lőlőwanu Niko‘otanő, Kecamatan Gunung Sitoli. Jejak kehidupan tersebut dapat ditemukan melalui alat-alat tulang dan batu berupa serpih, batu pukul, dan pipisan. Selain itu, juga ditemukan sisa-sisa vertebrata yang terdiri dari ikan, ular, kura-kura, kelelawar, hewan berkuku genap (artiodactyla), dan cangkang moluska dari kelas gastropoda dan pelecypoda.

Di Nias juga berkembang hoho yang lain, tepatnya di Kecamatan Gomo, Kabupaten Nias Selatan. Hoho ini terkait dengan nama Gomo untuk kecamatan yang dimaksud. Kata gomo, memiliki makna owo–gomo–omo, yang berarti perahu –gomo– rumah (Hammerle, 2001). Dahulu kala, terdapat rombongan manusia perahu berasal dari daratan Asia yang terombang-ambing di tengah samudra yang kemudian terdampar di Nias. Meskipun Hammerle mengakui pendapatnya ini tidak memiliki cukup bukti ilmiah, namun tafsir yang dikemukakannya cukup masuk akal. Ia menghubungkan perahu dengan sejarah asal-usul suku Nias yang datang dari seberang lautan. Mereka terdampar di pantai sekitar muara sungai, lalu membangun rumah (omo) di pinggir sungai yang sekarang dikenal dengan Sungai Gomo. Jadi, kata gomo ada hubungannya dengan owo (perahu) dan omo (rumah).

Meskipun hoho yang berkembang di Nias tidak hanya seperti yang disebut di atas (karena hampir setiap marga memiliki hoho-nya masing-masing), namun ketiga hoho inilah yang sampai saat ini paling diyakini sebagian besar orang Nias. Dilihat dari rasnya, orang Nias termasuk dalam rumpun Austronesia. Bahasa sehari-hari yang digunakannya, yaitu bahasa Nias, juga semakin memperkuat pendapat tersebut. Secara genealogis, bahasa Nias tergolong rumpun bahasa Austronesia. Ciri dialek bahasa Nias adalah nada yang meninggi di akhir kata dan kalimat. Menurut Wikipedia, bahasa Austronesia dituturkan secara luas, dari Indonesia Barat, Bugis, Aceh, Cham (di Vietnam dan Kamboja), Melayu, Indonesia, Iban (Etnik Dayak Iban di Kalimantan), Sunda, Jawa, Bali, Chamoru (bahasa asli penduduk Kepulauan Mariana Utara -yang terletak diantara Hawaii dan Filipina- dan Guam dan Palau. Secara umum, kebudayaan yang berkembang di Nias juga memiliki kesamaan dengan kawasan-kawasan Austronesia lainnya, yaitu berciri megalitik, memuja roh leluhur, dan bercocok tanam.

Dilihat dari topografinya, Nias adalah dataran rendah yang di tengahnya terdapat bukit-bukit. Mayoritas penduduknya masih tinggal di pedalaman, di kampung-kampung yang saling mengisolasi, dan berprofesi sebagai petani. Meskipun metode bertani masyarakat Nias masih bersifat sederhana, tetapi mereka tetap mampu menghasilkan beberapa komoditas unggulan, seperti kelapa, karet, cokelat, dan nilam.

B. Konsep Leluhur Orang Nias

Masyarakat Nias meyakini terdapat tiga kelompok etnis berbeda yang pernah —bahkan sampai saat ini keturunannya dianggap masih tinggal di Nias, yaitu:

  1. Niha sebua gazuzu: yaitu manusia yang memiliki kepala besar dan merupakan ciri manusia purba yang hidup ribuan tahun lalu dan tinggal di gua-gua, sehingga mereka juga disebut manusia dari bawah tanah (soroi tou). Dalam hoho di atas mereka disebut nadaoya;
  2. Niha safusi: yaitu kelompok manusia berkulit putih dan cantik yang tinggal di atas pohon. Dalam hoho di atas mereka disebut sebagai ono mbela;
  3. Lani ewöna: yaitu bangsa manusia yang sudah dikategorikan sebagai homo sapiens yang bermigrasi dari seberang lautan dengan keahlian dan pengetahuan yang lebih tinggi dari kedua pendahulunya, sehingga mereka berpengaruh besar dan membawa transformasi sosial di Nias. Kelompok etnis inilah yang selanjutnya memproklamirkan diri sebagai ono niha (orang Nias) (“Hammerle, 2001″).

Namun, seiring berjalannya waktu, dan seolah-olah mengamini ramalan Teori Evolusi, hanya kelompok etnis lani ewöna lah yang sanggup bertahan hidup di Pulau Nias. Mereka memiliki teknologi yang lebih maju, sehingga sanggup bertahan hidup tidak hanya dari mengandalkan sumber pangan yang tersedia di alam tetapi memiliki ketrampilan untuk mengolah tanah dan bercocok tanam. Kemampuan inilah yang diduga banyak arkeolog telah membuat manusia ini sanggup bertahan hidup dalam waktu yang lama. Berbeda dengan kedua pendahulunya yang sangat tergantung dengan alam. Ketika sumber pangan yang tersedia di alam semakin menipis, mereka akhirnya terdesak dan kemudian punah.

Sebelum dapat dipastikan bahwa hanya lani ewönalah yang merupakan leluhur manusia Nias saat ini, perlu kiranya dijelaskan terlebih dahulu tentang kedua pendahulunya secara lebih lengkap karena hal ini dapat membantu mencari tahu siapa sebenarnya mereka dan mengapa mereka menjadi punah.

1. Ono mbela atau Niha Safusi

Sebagaimana disebut di atas, ono mbela adalah mahluk yang hidup di atas pohon. Di kalangan orang Nias, terdapat dua pendapat yang berbeda mengenai mahluk ini. Sebagian penduduk Nias meyakini bahwa ono mbela adalah benar-benar manusia yang pernah hidup di Nias. Sedangkan sebagian yang lainnya menganggap ono mbela bukan manusia, melainkan mahluk gaib yang menguasai segala macam binatang di hutan. Namun, mengenai ciri fisik yang dimiliki ono mbela, masyarakat Nias tidak berselisih pendapat. Ono Mbela memiliki rambut putih, kulit putih, berparas cantik, dan mata biru seperti orang Eropa.

Ono mbela sudah menghuni Nias jauh sebelum ono niha datang ke pulau ini. Ono mbela kemudian kalah bersaing dengan kelompok pendatang dan seringkali “dibodohi” karena dianggap lebih rendah dan bukan berasal dari golongan manusia. Dengan nada sombong, para pendatang ini kemudian menegaskan dirinya sebagai satu-satunya kelompok yang berhak menghuni pulau Nias. Akibat dominasi dari pendatang yang memiliki teknologi dan kebudayaan yang lebih maju, ono mbela mulai terdesak, dan akhirnya mengundurkan diri hingga tidak dapat dijumpai lagi (“Hammerle, 2001″).

Sayang… usaha untuk membuktikan bahwa ono mbela adalah manusia selalu terbentur dengan data. Sejauh ini, belum ditemukan –bahkan tidak akan pernah –artefak-artefak yang menjelaskan bahwa mahluk ini pernah hidup di Nias. Hal ini sebenarnya dapat dimaklumi, karena jejak-jejak di tempat terbuka memang lebih mudah terhapus atau hilang karena proses alam atau aktivitas manusia, seperti pembakaran hutan dan perladangan yang intensif.

Untuk menjelaskan keberadaan ono mbela di Nias, ada dua hipotesis yang dapat diajukan.

Hipotesis pertama menyebutkan bahwa ono mbela adalah ras Australomelanesid, manusia pertama yang menghuni wilayah Asia Tenggara. Seiring berjalannya waktu, keberadaan mereka kemudian menjadi mitos bagi masyarakat Nias dari generasi baru sesudahnya.

Hipotesis yang kedua menyebutkan bahwa ono mbela merupakan ras Mongoloid yang datang lebih awal ke Nias yang sebenarnya sudah membawa kebudayaan neolitik, namun tidak berkembang di Nias karena kondisi lingkungan menuntut para pendatang ini mengembangkan tradisi perburuan.

2. Nadaoya atau Niha Sebua Gazuzu

Nadaoya dianggap sebagai salah satu makhluk yang mungkin telah hidup sezaman dengan ono mbela. Hal ini dibenarkan oleh salah satu hoho yang berkembang di Nias, bahwa antara ono mbela dan nadaoya berasal dari satu keturunan, yaitu Ibu Sirici. Dilihat dari ciri fisiknya, nadaoya berkulit gelap dan memiliki kepala yang besar. Mereka diduga adalah manusia purba dari ras Austromelanesid yang hidup di lembah-lembah yang dalam dan gelap serta di tebing sungai yang tinggi dan terjal. Habitat yang dimaksud menjurus pada gua-gua, sebagaimana umumnya manusia purba lainnya.

Dalam kepercayaan dan tradisi lisan Nias yang berkembang di Nias, nadaoya digambarkan sebagai makhluk jahat atau setan raksasa (bekhu sebua). Suaranya besar sekali, aksentuasi bunyinya tidak jelas, dan terdengar patah-patah. Bagi orang Nias, bertemu dengan nadaoya adalah sebuah malapetaka. Sebab, kalau mereka lewat dan bertemu dengan manusia, mereka akan langsung memangsa manusia tersebut. Sampai saat ini, cerita tentang kejahatan nadaoya masih berkembang. Jangankan bertemu, menyebut nama nadaoya saja adalah hal yang menakutkan bagi masyarakat Nias. Apalagi kalau penyebutan itu dimaksudkan untuk mengutuk orang lain: “ya mu‘a ö nadaoya ya mana ndraugö nadaoya” (semoga nadaoya mamangsa engkau). Ungkapan ini adalah sesuatu yang keras dan ditakuti orang Nias.

Kalau dikaji tentang asal-usul masyarakat Nias, lalu dihubungkan dengan bukti-bukti material yang terdapat di dalam gua-gua (seperti artefak-artefak yang ditemukan di Gua Tőgi Ndrawa yang terletak di Desa Lőlőwanu Niko‘otanő, Kecamatan Gunung Sitoli) dan tradisi lisan sebagaimana diceritakan di atas, maka nadaoya merupakan kelompok manusia purba yang pernah tinggal di Nias dan menganut hukum rimba. Mereka sudah hadir di pulau Nias sebelum kedatangan etnis lain. Dengan demikian, mereka bukanlah setan raksasa. Mereka semakin ganas karena terpojok dan tidak memiliki tempat lagi untuk berkembang, karena alam telah dirusak oleh manusia yang memiliki pengetahuan.

Gua Tőgi Ndrawa

Jika kita merujuk pada data arkeologis yang dipublikasikan Badan Arkeologi Medan, nadaoya benar-benar pernah hidup di Nias. Mereka tinggal di gua-gua sejak 12.000 tahun yang lalu, bahkan berlanjut hingga tahun 1150-an. Mereka memanfaatkan biota laut dan mangrove. Budaya yang mereka miliki disebut budaya Hoabinh, sebuah praktek kehidupan yang memanfaatkan batu-batuan sebagai alat bantu yang disebut Sumatralith, mirip dengan teknologi yang digunakan manusia purba di wilayah Hoabinh, Vietnam.

Dilihat dari rentang masa hidupnya, kemungkinan besar nadaoya pernah hidup dalam waktu yang bersamaan dengan kelompok pendatang. Hanya saja, karena manusia gua belum mengenal teknologi bercocok tanam, akhirnya mereka kalah bersaing dengan manusia pendatang. Akibatnya, kelompok mereka lambat-laun lenyap, dalam arti punah, atau sebagian membaur dengan kelompok pendatang dalam jalinan pernikahan atau hubungan ekonomi (tuan-budak).

Interaksi antara manusia gua dengan kaum pendatang mirip interaksi antara masyarakat Baduy dengan masyarakat Jakarta. Jakarta sudah berbudaya metropolis, sedangkan Baduy berbudaya ladang yang masih menggunakan beliung batu untuk bercocok tanam. Dalam waktu yang sama dan wilayah yang sama (Jawa bagian Barat) berkembang dua kebudayaan yang secara teknologis sangat berbeda ibarat bumi dan langit. Perlahan-lahan Baduy sedang berubah karena gencarnya pengaruh globalisasi dari Jakarta. Suku yang menurut Yuanzhi (2005), sebagai salah satu suku tertua di Nusantara, dan sudah bertahan ratusan bahkan ribuan tahun ini barangkali tidak lama lagi akan punah karena meluruhnya sekat-sekat budaya, sosial, dan ekonomi di antara keduanya. Kehidupan manusia gua dengan kelompok pendatang di Nias pada abad-abad yang lalu dapat dibayangkan seperti kehidupan antara orang Baduy dengan orang Jakarta.

3. Lani Ewöna atau Ono Niha

Menurut Teori Persebaran Kebudayaan, leluhur orang Nias atau ono niha saat ini berasal dari daratan Cina bagian selatan, tepatnya wilayah Yunan. Hal ini dapat dilihat dari bukti-bukti linguistik dan arkeologi. Leluhur ono niha adalah penutur bahasa Austronesia yang bermigrasi dari Yunan secara bergelombang sekitar 3500 tahun sebelum Masehi hingga awal-awal Masehi (Sonjaya, 2008).

Konon, ketrampilan orang Nias dalam membuat patung kayu, menhir, benda-benda megalitik lainnya, serta teknik bertani dan beternak, diwarisi dari orang-orang Yunan yang datang ke pulau ini. Hipotesis ini bertambah kuat jika melihat peralatan dan gaya arsitektur di Nias. Pengaruh itu berupa motif kepala naga (hewan yang melegenda di Cina) yang terdapat pada pegangan atau gagang pedang, bagian depan rumah bangsawan, peti mayat, dan sejumlah megalit di daerah Lahusa dan Gomo (Hammerle, 2007).

Kelompok pendatang ini juga tidak lagi tergantung dengan alam, karena sudah mengenal tata cara bercocok tanam dan food producing. Mereka sudah tinggal menetap. Banyaknya waktu luang juga telah mendorong mereka memikirkan dan membayangkan hal-hal yang abstrak, seperti keindahan. Ekspresi keindahan tersebut dapat dilihat pada manik-manik yang terdapat di pakaian orang Nias dan gelang yang dipakai di lengan dan kaki. Dilihat dari periodenya, masa ini disebut sebagai zaman neolitikum yang ditandai dengan kemampun food producing dan benda-benda kebudayaan, seperti tembikar, kapak batu, patung, dan lain-lain. Atas keunggulannya itu, para pendatang dari Yunan yang berkebudayaan neolitik kemudian memproklamirkan diri sebagai kelompok pertama yang telah meletakkan dasar-dasar kebudayaan sebagaimana diekspersikan manusia Nias saat ini. Mereka juga menyebut dirinya sebagai anak manusia yang berbeda dengan kelompok manusia yang tinggal di pohon dan di gua, seperti ono mbela dan nadaoya (Sonjaya, 2008).

Orang-orang Yunan tersebut diperkirakan tiba di Nias melalui Pelabuhan Singkuang, Tapanuli Selatan. Apabila dilihat di peta, Kota Singkuang terletak persis di sebelah utara pantai barat Sumatra. Mereka kemudian bergerak ke arah barat dan sampai di wilayah Lahusa dan Gomo, yang sekarang ini menjadi pusat pemerintahan tingkat kecamatan. Jarak yang ditempuh sekitar 110 kilometer, lebih dekat dibandingkan perjalanan dari Sibolga menuju Gunung Sitoli. Sampai sekitar 500 tahun yang lalu, pusat perkembangan kebudayaan Nias masih terletak di tepi Sungai Susua dan Gomo (Hammerle, 2007). Jika dihubungkan dengan salah satu hoho yang berkembang di Nias, khususnya di Kecamatan Gomo, hipotesis ini bertambah kuat. Kata gomo, memiliki makna owo–gomo–omo, yang berarti perahu –gomo– rumah. Owo merujuk pada alat transportasi yang digunakan oleh orang-orang Yunan waktu itu, yaitu perahu. Gomo merujuk pada wilayah yang dihuni, yaitu di daerah Gomo. Sedangkan omo merujuk pada rumah yang dibangun di sekitar pinggiran Sungai Gomo (Sonjaya, 2008).

Sampai di sini dapat disimpulkan bahwa pendapat yang paling kuat tentang siapa sebenarnya leluhur orang Nias atau ono niha saat ini adalah lani ewöna, imigran yang berasal dari Yunan, Cina bagian selatan. Meskipun kesimpulan ini juga tidak menampik fakta (jika telah dibuktikan secara ilmiah) bahwa telah terjadi perkawinan antara lani ewöna dengan ono mbela dan nadaoya. Namun, jika dilihat ciri-ciri fisik orang Nias saat ini, yaitu berkulit putih, bermata agak sipit, bertubuh gempal dan pendek, pendapat yang mengatakan bahwa leluhur orang Nias berasal dari Yunan sangat beralasan, karena pada umumnya orang-orang Cina juga memiliki ciri-ciri fisik yang sama.

Setelah beratus-ratus, bisa juga beribu-ribu tahun, nyaris tidak ada kelompok etnis lain yang menjadi pesaing lani ewöna di Nias, mereka menjadi satu-satunya kelompok yang berkuasa, sehingga mereka lebih leluasa untuk mengembangkan tempat pemukiman. Orang-orang Nias mulai beranjak dari tempat tinggal para leluhurnya di sepanjang Sungai Gomo, terutama di daerah Börönadu (sekarang sebuah desa yang berada di Kecamatan Gomo). Hal ini dapat dilihat dari sejarah lisan yang berkembang di Börönadu. Menurut Ama Watilina Hia, tokoh adat di Börönadu, nenek moyang orang-orang di Gunung Sitoli dan Teluk Dalam berasal dari Börönadu. Orang-orang Gunung Sitoli adalah keturunan orang Börönadu yang bernama Lase, sedangkan nenek moyang orang Teluk Dalam adalah orang Börönadu yang bernama Sadawamölö. Sejarah lisan ini diperkuat oleh pendapat “M.G. Thomsen” dalam bukunya yang berjudul Famareso Nhawalö Huku Föna Awö Gowe Nifasindro (Megalithkultur) Ba Dano Nias (1976) yang menyebutkan bahwa perpindahan marga-marga besar dari Börönadu ke tempat-tempat lain berlangsung antara 26 sampai 40 generasi yang lalu (Sonjaya, 2008). Satu generasi sama dengan 25 tahun. Sayangnya, pendapat ”M.G. Thomsen” tersebut tidak diikuti dengan penjelasan ke mana persebaran orang-orang Börönadu tersebut. Lebih jelasnya sebagai berikut:

Telambanua bersama klannya pindah dari Börönadu kira-kira 40 generasi yang lalu. La‘ia bersama klannya pindah dari Börönadu 38 generasi yang lalu. Ndururu bersama klannya pindah dari Börönadu 36 generasi yang lalu. Zebua bersama klannya pindah dari Börönadu 38 generasi yang lalu. Dan Hulu bersama klannya pindah dari Börönadu 26 generasi yang lalu.”

Sejak proses persebaran tersebut, marga-marga besar di Nias mulai terbentuk, yang berujung pada munculnya bibit-bibit persaingan dan permusuhan antarsesama orang Nias. Bagi orang Börönadu, orang-orang yang meninggalkan Börönadu dianggap sebagai orang yang tidak menghormati adat dan leluhur, meskipun proses perpindahan tersebut mungkin lebih disebabkan oleh faktor-faktor pragmatis, seperti mencari sumber kehidupan yang lebih layak menuju daerah yang lebih makmur, karena secara geografis Börönadu memang terpencil.

Setelah peristiwa tersebut, persaingan antarmarga semakin kuat dan atmosfirnya masih terasa hingga sekarang. Suasana interaksi antarmarga dan antarkampung diwarnai egosentrisme, yaitu melihat marga atau kampung yang lain selalu dari perspektif marga dan kampung sendiri. Setiap marga berusaha menampilkan dirinya sebagai marga dengan identitas yang paling unggul. Fenomena ini sejalan dengan Teori Identitas Sosial, yang berasumsi bahwa pada dasarnya setiap individu yang tergabung dalam kelompok sosial tertentu cenderung akan membangga-banggakan kelompoknya sendiri, dan menganggap kelompok yang lain lebih buruk atau rendah.

Titik puncak dari suasana persaingan dan permusuhan tersebut adalah berlakunya tradisi owasa (pesta 3 hari tiga malam dengan mengorbankan puluhan, bahkan ratusan babi) dan tradisi mangani binu (memburu kepala manusia), yang diperkenalkan pertama kali oleh tokoh bernama Awuwukha, manusia digdaya yang hidup di Nias pertengahan abad ke-19. Tradisi tersebut adalah simbol identitas dan kebanggaan orang Nias. Harga diri seseorang ditentukan oleh berapa jumlah kepala babi dan kepala manusia dari marga lain yang telah dipenggal. Mekipun tradisi ini mulai menyusut pengaruhnya semenjak masuknya Agama, suasana permusuhan yang terwarisi secara lintas generasi tersebut ternyata tidak hilang sepenuhnya, dan masih berdampak pada pembentukan kepribadian orang Nias saat ini. Wajar saja –jika orang Nias kemudian dianggap memiliki kecurigaan yang tinggi dan cenderung menutup diri ketika berhadapan dengan orang asing.

C. Pengaruh Sosial

Terkait dengan tradisi penghormatan terhadap leluhurnya, orang Nias mempraktekkan ritual-ritual tertentu agar hubungan baik dengan leluhur tetap terbina. Orang Nias mewarisi sebuah tradisi yang kompleks dari leluhurnya. Mereka mem-praktekkan banyak ritual, karena hampir setiap peristiwa kehidupan dihayati dan dimaknai sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan mereka. Namun, bagian ini tidak bermaksud menjelaskan itu semua. Bagian ini hanya berusaha membabarkan ritual-ritual khusus yang secara langsung berkorelasi dengan penghormatan terhadap nenek moyang atau leluhur orang Nias.

Di atas telah dijelaskan tentang ono mbela, mahluk yang dianggap sebagai salah satu leluhur orang Nias, meskipun di Nias sendiri terjadi perbedaan pendapat apakah ono mbela merupakan generasi pertama penghuni Pulau Nias, atau sebangsa mahluk halus. Terlepas dari pendapat mana yang benar, yang pasti keberadaannya sampai saat ini masih berpengaruh cukup kuat terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat Nias.

Ono mbela adalah mahluk yang tinggal di atas pohon, yang berkuasa atas kehidupan seluruh marga satwa di hutan. Sehingga, ketika orang Nias hendak berburu binatang di hutan, mereka harus menyelenggarakan ritual persembahan sebagai bentuk penghormatan (dalam bahasa jawa pamit) kepada ono mbela. Ritual persembahan tersebut dilaksanakan dengan cara mengorbankan anak babi atau ayam berbulu putih di bawah pohon besar di hutan yang dianggap sebagai rumah ono mbela. Setelah memberi persembahan tersebut, si pemburu kemudian pulang ke rumah dan wajib melakukan puasa selama empat hari. Selama berpuasa, ia tidak boleh berdusta dan tidak boleh berpergian ke mana-mana. Setelah puasa selesai ditunaikan, ia baru diperbolehkan pergi ke hutan untuk berburu.

Ritual tersebut seolah-olah menggugurkan pendapat yang mengatakan bahwa hubungan antara orang Nias dengan ono mbela selalu berada dalam situasi permusuhan. Bahkan di daerah Börönadu, ono mbela lebih populer dengan sebutan belada, yang artinya adalah sahabat atau kawan. Dengan demikian, fakta ini dapat dijadikan sebagai bukti bahwa punahnya ono mbela di wilayah Nias bukan karena direndahkan atau diperangi oleh orang Nias (ono niha), melainkan lebih karena faktor seleksi alam sebagaimana berlaku dalam Teori Evolusi, yaitu kalah bersaing dalam hal teknologi dan kebudayaan.

Dengan aksentuasi nilai yang berbeda, di Nias juga terdapat tradisi penghormatan terhadap leluhur yang disebut mangani binu atau tradisi memburu kepala. Kepala yang dimaksud bukanlah kepala hewan, melainkan kepala manusia. Bagi pihak yang kurang memahami budaya Nias secara lebih utuh, tradisi ini mungkin dianggap sebagai kebiadaban –praktek kebudayaan paling keji– yang pernah dibuat oleh anak manusia. Bahkan, seringkali terjadi kesalahpahaman yang berujung pada tuduhan bahwa orang Nias dulunya adalah termasuk suku kanibal, sebagaimana diungkapkan oleh Masashi (2005). Mengenai hal ini dia menulis: “In the tenth century, Ajä‘ib al-Hind described the people between Fansur (present day Barus) and Lambri and those in Kedah and the island of Nias as cannibals.” terjemahan > “Di abad ke-10, Ajä‘ib al-Hind menjelaskan bahwa orang-orang antara Fansur (yang dikenal dengan Barus saat ini) dan Lambri dan orang-orang di Kedan dan Kepulauan Nias adalah kanibal.”

Meskipun secara moral tradisi mangani binu tidak dibenarkan, namun dengan menelusuri konteks sosio-historis masyarakat Nias zaman dulu, diharapkan akan ditemukan titik terang mengapa tradisi ini bisa berlaku. Dalam sejarah lisan yang berkembang di Nias, tradisi mangani binu tidak dapat dipisahkan dari legenda Awuwukha, sosok manusia digdaya yang pernah hidup di Nias pertengahan abad ke-19 M. Mengenai kapan persisnya Awuwukha pernah hidup, telah terjadi silang pendapat. Menurut Sonjaya (2008), Awuwukha hidup sekitar 5 generasi (setiap generasi sama dengan 25 tahun) yang lalu. Sedangkan menurut Thomsen (dalam Zebua, 2008), Awuwukha hidup jauh lebih lama, yaitu sekitar 7 generasi yang lalu.

Sejenak kita lupakan dulu silang pendapat di atas, karena mengetahui siapa sosok yang dimaksud sebagai Awuwukha jauh lebih penting. Mengenai tradisi mangani binu yang identik dengan sosok Awuwukha, Sonjaya menceritakan faktor pencetus tradisi tersebut sebagai berikut:

“…..kira-kira pertengahan abad ke-19, di Börönadu hidup seorang manusia pemberani dan hebat karena kepiawaiannya dalam membunuh orang, bernama Awuwukha. Pada suatu hari, datanglah ke Börönadu seseorang dari Susua yang menyebarkan kabar bahwa di kampungnya akan diadakan sebuah pesta owasa yang cukup besar. Ia berjalan di tengah perkampungan sambil meneriakkan pengumuman tersebut dengan harapan akan banyak warga Börönadu yang datang ke pesta tersebut. Ketika melewati rumah Awuwukha, si pembawa kabar tersebut terhenti langkahnya karena ada teriakan seorang ibu yang cukup mengganggu dirinya. “Hey, lelaki yang kelihatan kemaluannya! Untuk apa teriak-teriak seperti itu?” teriak perempuan yang tiada lain adalah ibu Awuwukha. Bagi orang Nias, itu termasuk ungkapan yang sangat mengejek. Karuan saja si pembawa kabar tersebut marah dan memukulkan kemaluannya ke tiang rumah ibu Awuwukha hingga tiang rumah gempal. Orang itu melampiaskan kemarahannya dengan menunjukkan bahwa kemaluannya seharusnya tidak diejek. Setelah puas menunjukkan kejantanannya, ia pun kemudian pergi meninggalkan Börönadu.” (Sonjaya, 2008: 63).

Selang beberapa hari kemudian, ternyata lelaki tersebut datang lagi ke Börönadu dengan serombongan orang untuk menuntaskan kemarahannya. Rumah Awuwukha dan tujuh rumah saudaranya kemudian dibakar rombongan orang tersebut, termasuk lumbung padi milik Laimba, tokoh adat masyarakat Börönadu. Awuwukha hanya bisa berdiri mematung– terbelalak melihat kejadian tersebut. Sambil menahan amarah yang sudah mencapai ubun-ubun, di depan ibunya– Awuwukha bersumpah akan menuntut balas dengan cara memenggal kepala orang-orang yang terlibat dalam pembakaran tersebut. Tanpa persetujuan ibunya dan Laimba, Awuwukha nekad pergi untuk menuntut balas ke Susua. Beberapa hari kemudian:

“……dengan langkah tenang Awuwukha pulang dengan membawa belasan kepala manusia di dalam karung yang kemudian ditunjukkannya pada Laimba. Ternyata Laimba tidak berkenan dengan hal itu. Ia sebenarnya menghendaki musuhnya dibawa hidup-hidup. Laimba sadar betul bahwa dengan kejadian tersebut pertumpahan darah pasti akan berlanjut.” (Sonjaya, 2008: 65).

Dugaan Laimba terbukti. Penduduk Susua merencanakan pembunuhan terhadap Awuwukha, baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Tapi semuanya berujung pada kegagalan. Awuwukha terlampau kuat untuk dibunuh. Kehebatan Awuwukha kemudian tersiar sampai ke seluruh penjuru Nias. Kehebatannya kemudian dikukuhkan melalui upacara owasa, upacara tertinggi di masyarakat Nias. Jika seseorang telah menunaikan owasa, maka setiap perkataannya dengan sendirinya telah menjadi hukum. Sejak saat itu, setiap perkataan Awuwukha harus diikuti, bahkan sampai menjelang kematiannya.

Sebelum meninggal, Awuwukha berpesan kepada anak-anak dan seluruh anggota keluarganya. Jika ia meninggal nanti, ia ingin ditemani oleh lima orang yang akan melayaninya kelak di alam kubur: satu orang menyiapkan minum, satu orang menjaga, satu orang untuk menyiapkan makanan, satu orang membuat sirih pinang, dan satu orang sebagai tukang pijat (Sonjaya, 2008). Karena setiap perkataan Awuwukha adalah hukum, maka wajib bagi anak-anaknya untuk mencarikan lima kepala untuk menemani penguburan Awuwukha. Hal ini berarti anak-anak Awuwukha harus melakukan mangani binu, karena tak kuasa menolak wasiat leluhur. Sejak kematian Awuwukha, dugaan Laimba tidak hanya sekedar kekhawatiran, tapi seolah-olah telah menjelma menjadi sebuah kutukan. Sebab, mangani binu kemudian menjadi tradisi yang mengakar kuat di Nias. Ia tidak hanya diselenggarakan untuk menghormati dan menyenangkan leluhurnya saja, tetapi kemudian juga dipraktekkan untuk kepentingan-kepentingan lainnya, misalnya membangun omo sebua (rumah bangsawan Nias).

Bahkan, tradisi mangani binu juga berlaku bagi kaum lelaki yang akan meminang calon istrinya. Ia harus mempersembahkan kepala musuh kepada keluarga calon mempelai perempuan. Semakin banyak jumlah kepala yang ditunjukkan di depan calon mertua, maka semakin berharga lelaki tersebut. Bahkan, bukan hanya pelakunya saja yang layak bangga, tetapi juga leluhur-leluhurnya, karena dianggap telah berhasil melahirkan keturunan yang hebat. Interkoneksi antara kewajiban memuliakan leluhur dan keinginan menyandang identitas sosial yang tinggi seolah-olah menjadi justifikasi bagi tradisi manguni binu di Nias.

Berbicara tentang tradisi mangani binu di Nias terasa belum lengkap jika tidak membahas sebuah ritual yang disebut famaoso dola, atau pengangkatan tulang-tulang kembali para leluhur. Upacara ini biasanya berlaku bagi kaum bangsawan. Kepala orang yang diambil waktu perburuan ditempatkan di atas kuburan bangsawan pada saat famaoso dola. Upacara ini menggambarkan pandangan eskatologis orang Nias. Ada keyakinan yang berkembang di Nias bahwa leluhur yang sudah mati itu akan bangkit kembali atau akan terjadi kelahiran kembali ketika kepala-kepala hasil buruan itu dipersembahkan (Zebua, 2008). Orang Nias meyakini bahwa roh para leluhur dapat mengendalikan alam dan kehidupan manusia. Dalam kebudayaan yang animistik, manusia selalu berusaha menjalin hubungan yang baik dengan para roh leluhur agar kehidupan dapat berjalan secara harmonis. Untuk menjalin hubungan itu, orang Nias mengenal larangan yang disepakati bersama, salah satunya tidak boleh menyebut nama leluhur secara sembarangan. Menurut aturan, jika nama leluhur hendak disebutkan, maka harus diberi persembahan terlebih dahulu, berupa makanan yang menjadi kesukaan roh yang bersangkutan. Jika larangan tersebut dilanggar, maka orang yang melanggar biasanya akan mendapat celaka.

Meskipun tradisi mangani binu sudah lama ditinggalkan oleh masyarakat Nias, pembunuhan dengan memenggal kepala masih kerap terjadi hingga sekarang. Sebagai sebuah tradisi, manangi binu memang telah dikutuk (terutama oleh agama baru), namun pengaruhnya masih sulit ditundukkan oleh orang Nias. Motifnya yang mulai bergeser, dari memenggal kepala berubah menjadi menusuk korbannya. Bayang-bayang emali (pemburu kepala) di masa lalu juga masih menghantui kehidupan kebanyakan orang Nias saat ini. Anak-anak kecil selalu dilarang bermain pada saat hari menjelang malam untuk menghindari emali. Hal ini juga bisa dilihat dari cara para lelaki dewasa di Nias ketika akan berpergian pada malam hari. Mereka selalu membawa senjata tajam untuk jaga diri. Jika pemenggalan kepala dalam tradisi mangani binu biasanya dilakukan oleh emali untuk bekal kubur, mas kawin, membangun rumah, dan alasan peperangan, pemenggalan kepala saat ini lebih banyak disebabkan oleh pertikaian dalam mempertahankan harga diri.

Sebagai penutup, sebuah kesaksian yang disampaikan oleh Sonjaya ketika melakukan penelitian di Nias cukup menarik untuk diketahui. Bukti bahwa pengaruh mangani binu belum hilang sepenuhnya dari kehidupan masyarakat Nias –hanya mengalami transformasi motif dan bentuknya saja.

“Hanya dalam dua tahun terakhir di kawasan Gomo telah terjadi 12 kali pembunuhan. Dalam minggu pertama di Börönadu, saya mendengar ada pemenggalan kepala di desa tetangga hanya gara-gara memperebutkan pohon rambutan. Setelah mencoba menggali informasi mengenai kejadian itu, ternyata pembunuhan itu lebih berlatar belakang perebutan harga diri ketimbang pohon rambutan itu sendiri. Dua tahun setelah kejadian itu saya kembali berkunjung ke Börönadu. Dua hari sebelum kedatangan saya, di Desa Umbunase, tidak jauh dari Börönadu, terjadi lagi pembunuhan. Korbannya mengalami 11 tusukan dan kepalanya dibelah. Motifnya belum diketahui, yang pasti bukan perampokan karena sejumlah uang disaku korban tidak hilang. Orang-orang di Desa Hiliana‘a berseloroh bahwa motifnya hanya sekedar persaingan olah raga untuk menunjukkan siapa yang paling kuat satu sama lain.” (Sonjaya, 2008: 71-72).

(Afthonul Afif/bdy/01/07-08)
 Daftar Pustaka
  1. Deschamps, J.C., 1982, 
    “Social Identity and Relations of Power Between Groups”, 
    in Henry Tajfel (ed.), 
    Social Identity and Intergroup Relations, Cambridge University Press.
  2. Hammerle, J., 2001, Asal-Usul Manusia Nias, 
    Gunung Sitoli: Yayasan Pusaka Nias.
  3. Hammerle, J., 2007, “Nias: Antara Budaya Batu dan Ono Niha”, 
    National Geographic Indonesia, Edisi Juni 2007.
  4. Julianery, 2006, Kabupaten Nias, 
    Artikel Kompas Edisi 06 April 2006.
  5. Koestoro, L.P., Wiradnyana, K., 2007, 
    Megalithic Tradition in Nias Island, 
    Medan: Medan Archeological Office. 
    Didownload dari

Filed under: lingkungan, petualangan alam

10 Misteri dan Keunikan Tubuh Manusia……..

Di sekitar kita terdapat banyak misteri yang menyangkut tubuh kita. Misalnya, kenapa ya kita ikut menguap ketika teman menguap? Atau, mengapa kita bisa merinding?

Selama ini kita menerimanya saja, karena menganggap hal ini adalah banyak hal yang diciptakan Tuhan untuk kita. Ternyata, semua ini ada penjelasan ilmiahnya.

1. Mengapa kita cegukan?

Kelebihan makan, alkohol, rasa senang, atau stres, dapat menstimulasi saraf phrenic, yang mengontrol diafragma (lapisan otot yang mengontrol pernafasan). Diafragma ini lalu berkontraksi.

Pada waktu yang sama, glotis (bagian dari pangkal tenggorokan dimana terdapat pita suara) menutup sehingga menutupi jalannya udara, demikian menurut Patricia Raymond, M.D., gastroenterologist di Chesapeake, Virginia.

Saat itulah terjadi cegukan setiap beberapa detik. Cegukan yang normal terjadi beberapa menit saja, namun dalam kasus lain juga lebih lama. Cara mengatasinya antara lain dengan menahan napas sambil menelan ludah, atau bernafas di dalam kantong kertas.

2. Mengapa beberapa orang memiliki gigi yang sangat putih?

Seperti juga warna mata dan rambut, warna alami dari gigi diwariskan dari orangtua. “Beberapa orang memiliki enamel -lapisan tipis pada permukaan gigi- yang sangat putih, sementara enamel orang lain memiliki warna yang lebih kuning,” ujar Richard Price, juru bicara American Dental Association.

Mengonsumsi obat-obatan antibiotik seperti tetracycline atau amoxicillin sewaktu kecil juga mempengaruhi proses pengapuran yang menyebabkan perusakan warna.

Beberapa jenis makanan tertentu juga menggelapkan gigi. Kopi, teh, cola, dan red wine adalah beberapa di antaranya. Jika hal ini yang terjadi, Anda harus menggunakan produk pemutih gigi atau menjalani perawatan tertentu.

3. Mengapa menguap itu menular?

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam edisi terakhir jurnal Cognitive Brain Research menyatakan bahwa jika Anda menguap karena ketularan orang yang ada di dekat Anda sebenarnya merupakan bentuk empati Anda padanya.

Hal ini sama dengan jika Anda tertawa, dan teman Anda ikut tertawa. “Menguap tidak hanya dipicu karena melihat seseorang menguap, tetapi juga karena mendengar, membaca, atau bahkan hanya karena berpikir tentang menguap,” kata Steven Platek, Ph.D., profesor psikologi di Drexel University, Philadelphia, yang memimpin studi tersebut.

Platek dan timnya meyakini bahwa ketularan menguap merupakan cara primitif dalam mengekspresikan perasaan orang lain terhadap diri kita.

4. Mengapa kepala kita pusing ketika meminum es?

Pusing terjadi ketika saraf pada langit-langit mulut distimulasi secara besar-besaran oleh makanan atau minuman dingin. Saraf-sarafnya memang ada pada mulut, namun pusat saraf ada di otak, sehingga di situlah Anda merasa ngilu.

Lalu mengapa orang merasakan sakit di satu tempat, padahal stimulusnya di tempat lain? Seymour Diamond, M.D., executive chairperson dari National Headache Foundation, mengatakan, “Makan atau menyesap minuman dengan lambat tampaknya mengurangi efek dingin. Begitu mulai pusing, cara tercepat untuk menghilangkannya adalah minum sesuatu yang hangat.”

5. Apakah wortel memang baik untuk mata?

Menurut Michael F. Marmor, seorang profesor ophthalmology di Stanford University School of Medicine, wortel dan semua makanan yang mengandung vitamin A memang baik untuk mata.

Misalnya sayuran berwarna merah, kuning, oranye, dan hijau, termasuk ketela, mangga, dan pepaya, serta telur dan liver.

Tubuh menggunakan vitamin A untuk mendukung sel saraf di dalam retina yang membantu memelihara penglihatan yang normal. Orang yang kekurangan vitamin A umumnya mengalami problem penglihatan, seperti rabun senja.

6. Mengapa ada kotoran di dalam telinga?

Membersihkan telinga dilakukan untuk mencegah benda asing masuk ke dalam saluran telinga. Kotoran telinga diproduksi oleh kelenjar-kelenjar di telinga bagian luar untuk melindungi telinga bagian dalam dari infeksi.

Substansi yang lengket ini justru mencegah debu, kotoran, atau serangga masuk ke dalam telinga. Telinga dapat membersihkan diri sendiri. Kotoran itu akan bergerak perlahan ke atas dan keluar dari telinga, mengering, lalu rontok, atau tercuci ketika Anda keramas.

Jika Anda mandi, bersihkan saja bagian luar telinga. “Saluran telinga itu seperti jalan buntu,” kata Andrew Cheng, M.D., seorang spesialis THT di Manhattan Eye, Ear and Throat Hospital.

“Membersihkan kotoran dengan cotton bud hanya membuat kotoran lebih masuk ke dalam.” Anda juga bisa menggores saluran telinga, atau membocorkan gendang telinga.

7. Mengapa kita bisa merinding?

Merinding terjadi saat kita kedinginan, atau ketakutan. Ketika kita kedinginan, otot-otot di sekitar pori-pori berkontraksi, menyebabkan bulu tangan berdiri untuk menciptakan lapisan pengasingan, demikian menurut Richard Potts, Ph.D., anthropolog dan direktur Human Origins Program di Smithsonian Institution’s National Museum of Natural History, Washington, D.C.

Semua mamalia juga mengalami hal ini. Namun, “Manusia tidak memiliki cukup banyak bulu tubuh untuk merespons; hal itu merupakan sesuatu yang tertinggal saat kita mengenakan mantel yang berbulu,” paparnya.

Potts dan timnya berteori, bahwa berabad-abad yang lalu, ketika rambut pada nenek moyang kita cukup banyak, mereka tampak jauh lebih menakutkan. “Binatang buas pun akan mundur untuk mencari mangsa yang tidak begitu menakutkan,” lanjutnya.

8. Mengapa remaja senang bangun siang?

Hal ini bukan disebabkan mereka malas. Saat masih kecil, melatonin -hormon yang mengatur siklus tidur-bangun- dikeluarkan kelenjar pada sore hari.

Memasuki masa puber (dari usia 10-14 tahun), hormon melatonin dilepaskan lebih lambat, sekitar pukul 21.00-22.00.

“Shift ini sering membuat remaja tidak mampu tertidur sebelum pukul 23.00,” ujar pakar tidur remaja, Mary A. Carskadon, Ph.D., yang juga direktur Bradley Hospital Sleep and Chronobiology Research Laboratory, di Providence.

“Karena remaja masih butuh tidur sembilan jam atau lebih, mereka berusaha ‘membayar’ waktu tidur yang terbuang malam sebelumnya dengan tidur sampai siang.”

9. Mengapa tangan dan kaki kita sering dingin?

“Saraf-saraf yang mengontrol aliran darah ke tangan dan kaki lebih sensitif pada wanita daripada pria,” jelas Mark Eskandari, M.D., ahli bedah vaskuler di Northwestern Memorial Hospital, Chicago.

“Jadi begitu suhu turun, pembuluh darah mengkerut, membuat aliran darah lebih pelan.”

Wanita juga memiliki tekanan darah lebih rendah daripada pria. Ketika Anda kedinginan atau stres, dan tekanan darah menurun, darah diarahkan ke jantung, menjauh dari tangan dan kaki.

10. Mengapa sendi bisa ber-gemeretak?

Ketika Anda meregangkan sendi dengan, misalnya, menekan-nekan ruas jari atau memutar tulang belakang Anda sehingga terdengar suara gemeretak, Anda dapat menyebabkan gelembung udara yang terbentuk antara kantong di dalam sendi meletus.

Kantong-kantong ini membantu bantalan udara di antara tulang dan menjaganya tetap licin. Gemeretaknya sendi sebenarnya tidak terlalu membahayakan.

“Menggeretakkan jari, engkel, lutut, atau sendi-sendi lain tidak menyebabkan arthritis, namun juga bukan kebiasaan yang baik. Rasa enak yang didapatkan orang saat menggeretakkan badan sangat psikologis sifatnya,” kata James Applegate, seorang dokter keluarga di Grand Rapids, Michigan.

Filed under: umum

tips memilih sepatu rock climbing……

 

Dalam panjat tebing, sepatu mempunyai perananan yang sangat penting. Bukan sekedar melindungi kaki, tapi membantu Anda untuk menginjak, mencengkeram dan berinteraksi dengan batu-batu yang akan Anda lewati. Oleh karena itu, sepatu panjat tebing didesain dengan bentuk yang berbeda-beda untuk setiap situasi. Maka jangan heran kalau Anda menemukan banyak sekali tipe sepatu panjat tebing. Untuk memilihnya Anda harus menyesuaikan denganbentuk kaki Anda dan juga medan yang akan Anda lalui.
Berikut ini ada beberapa perbedaan dan perbandingan dari setiap jenis sepatu:

 

1.  Shoe height / cut.
Bentuk sepatu yang tinggi memberikan perlindungan ekstra pada kaki dan pergelangan kaki Anda dari goresan dan benturan. Sebaliknya, sepatu pendek (cut) kurang bisa melindungi pergelangan kaki, tetapi memberikan kebebasan kepada Anda untuk bergerak dan menggunakan teknik-teknik panjat tebing tingkat tinggi.
2. Basic design.
 Sepatu yang dilengkapi dengan tali dan penutup lebih mudah untuk dipakai dan dilepas. Sepatu seperti ini sesuai untuk pemanjatan di batu-batu besar atau pun dipakai untuk olah raga biasa. Bahkan kadang-kadang setelah petualangan sepatu ini dipakai untuk kegiatan sehari-hari.
3.      Support/midsole stiffness.
Sepatu support stiffness memiliki alas (sole) yang tinggi sehingga bisa melindungi kaki Anda dari batu-batu kecil. Sedangkan sepatu midsole stiffness yang mempunyai alas sepatu pendek memberi kebebasan kepada Anda untuk bergerak, termasuk melewati lubang-lubang batu yang kecil. Bahkan sepatu jenis ini bisa memudahkan Anda untuk menerapkan teknik pemanjatan yang sulit (misal smearing.Toe profile. Bentuk sepatu yang meruncing dimana bagian depannya disesuaikan dengan bentuk jari kaki (seperti pada sarung tangan) sehingga membantu Anda untuk melewati celah-celah yang sempit. Sepatu tersebut nyaman dan enak untuk melakukan teknik smear.
Di dunia panjat tebing dikenal tiga kategori sepatu, yaitu:
1.      All purpose, Sepatu jenis ini dipakai untuk panjat tebing secara menyeluruh, baik teknik crack, edge maupun smear. Sepatu ini sangat populer untuk pemanjat pemula, pemanjat umum dan pemanjat yang suka naik ke berbagai kondisi tebing. Tipe sepatu ini adalah tinggi (menutup mata kaki) sehingga bisa melindungi kaki. Selain itu desain sepatu tersebut juga nyaman untuk perlindungan High performance. Sepatu jenis ini dibuat untuk kompetisi panjat tebing dan rute-rute pemanjatan yang sulit. Desain sepatu ini pendek dan sangat ringan sehingga memudahkan Anda untuk melakukan teknik-teknik pendakian yang sulit.
2.      Slippers. Bentuk sepatu ini mirip dengan kaki Anda. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai second skin. Dengan bentuk yang tipis dan tempat jari kaki, sepatu ini sangat sensitif terhadap batu-batuan. Sepatu slippers sesuai untuk latihan, panjat dinding maupun tebing yang memiliki batu-batu besar.Sebelum Anda memutuskan untuk memilih sepatu yang sesuai, coba perhatikan sepatu itu secara detil, baik ketinggiannya, bagian bawahnya (sol), bahan sol serta bahan sepatu. Sebisa mungkin Anda memilih sepatu yang dibuat dari bahan kulit kualitas tinggi sehingga kenyamanan Anda benar-benar terjaga.
Sebelum menjatuhkan pilihan, Ada beberapa hal yang dapat Anda jadikan pertimbangan untuk memilih jenis sepatu, yaitu:
–          Lokasi rencana panjat tebing Anda.
Langkah pertama untuk mendapatkan sepatu yang tepat adalah menentukan jenis, lokasi dan tujuan petualangan Anda. Di sini Anda sudah memilih jenis panjat tebing yang akan Anda jalani, apakah pada tingkat permulaan, menengah dan mahir. Terus tentukan lokasi dan rute yang akan dilewati. Selanjutnya Anda tinggal memilih sepatu, apakah untuk keperluan panjat tebing dalam jangka panjang, seharian atau cuma beberapa saat. Anda perlu juga membedakan jenis sepatu untuk kompetisi dan rekreasi.
–          Teknik memanjat.
Ingat pula teknik panjat yang akan Anda pakai, apakah edging, smears, pocket climbing, crack climbing atau kombinasi dari berbagai teknik itu.Memang, tidak ada sepatu yang bisa memenuhi semua kriteria di atas. Namun, setidaknya Anda bisa mencari sepatu yang hampir memenuhi kebutuhan Anda. Misal, Anda seorang pemula maka Anda bisa memilih sepatu serba guna yang dapat Anda pakai untuk berbagai lokasi pemanjatan. Jika Anda seorang panjat tebing senior, Anda bisa memilih jenis sepatu yang sesuai dengan lokasi khusus yang akan Anda lewati. Perfoma sepatu pemanjatan tergantung pada bahan yang dipakai serta cara pembuatannya.
–          Pastikan kenyamanan sepatu.
Salah satu pertimbangan Anda untuk membeli sepatu adalah faktor kenyamanan. Karena itu, cobalah sepatu yang Anda inginkan sebelum Anda membelinya. Sebaiknya, Anda mencoba sepatu pada siang hari serta mengenakan kaos kaki. Jika sepatu yang Anda pilih memiliki tali, kenakan tali itu seluruhnya. Pastikan bahwa kaos kaki Anda tidak terlipat sehingga sepatu itu benar-benar sesuai dengan ukuran Anda. Pilihlah sepatu yang pas, tapi jangan terlalu sempit karena kaki Anda bisa sakit. Usahakan sepatu yang ramping. Lebih baik agak lebar dibanding terlalu panjang. Dengan demikian jari kaki Anda bisa menapak kuat pada tebing yang Anda lewati.Jika Anda merencanakan untuk panjat tebing dalam jangka pendek dan rute yang sulit maka pilihlah sepatu yang rendah dan lebih ketat. Sepatu seperti ini mempunyai kontrol yang optimal. Namun bila Anda akan melewati jalur yang panjang dan general climbing maka pilihlah sepatu yang pas tetapi tetap nyaman. Bila sepatu yang Anda pilih mempunyai tempat jari (kantong jari kaki) maka perhatikan ukuran itu. Jangan sampai jari-jari kaki Anda harus terlipat karena kesempitan.
Selain itu Anda pun harus memperhatikan ukuran sepatu. Maklum, standar ukuran yang dipakai berlainan, baik di Eropa, Amerika maupun Inggris. Satu hal lagi yang harus Anda camkan, yaitu persoalan kaos kaki. Ada sementara orang yang memilih panjat tebing tanpa menggunakan kaos kaki karena merasa lebih sensitif terhadap jalur yang dilewati. Namun ada pula yang senang mengenakan kaos kaki ketika melakukan pemanjatan. Nah, sekarang pilihan ada di tangan Anda.

Filed under: petualangan alam

Wajah Optimistis Ekonomi Indonesia 2012

Kondisi ekonomi global yang masih diliputi suasana suram penuh ketidakpastian agaknya tidak mengurangi optimisme bangsa Indonesia untuk melangkah memasuki tahun 2012. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diyakini akan tetap cerah dan mampu memenuhi target. Sikap optimistis itu bukan tanpa alasan lantaran Indonesia kini memiliki dua modal penting yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain.

Pertama, status sebagai negara yang layak tujuan investasi (investment grade) versi lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings. Setelah menunggu selama 14 tahun, Indonesia kembali meraih peringkat investasi dari lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings. Peringkat investasi Indonesia naik dari BB+ menjadi BBB- yang berarti termasuk kategori negara layak investasi. Kenaikan peringkat itu menjadikan Indonesia masuk dalam kategori investment grade. Indonesia kehilangan posisi investment grade sejak tahun 1997 setelah dihantam krisis moneter.

Istilah investment grade merujuk pada sebuah peringkat yang menunjukkan utang pemerintah atau perusahaan memiliki risiko yang relatif rendah dari peluang default atau gagal bayar sehingga memiliki tingkat kepercayaan yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Karena itu, invesment grade diberikan kepada suatu negara yang memiliki fundamental ekonomi kuat, stabilitas politik dalam jangka panjang solid, dan memiliki manajemen anggaran pemerintah serta kebijakan moneter yang prudent. Hal ini ditandai dengan defisit anggaran yang rendah, rasio utang rendah, dan inflasi yang terkendali.

Sebagaimana diungkapkan Director Fitch Asia Pacific Sovereign Ratings Group, Philip McNicholas, kenaikan peringkat merefleksikan pertumbuhan ekonomi yang kokoh, tingkat rasio utang rendah, memperkuat likuiditas eksternal, dan kebijakan makro yang cukup hati-hati. Tidak dapat dimungkiri kunci utama keberhasilan Indonesia meraih peringkat investment grade adalah kemampuan meraih pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen dan menjaga rasio utang terhadap PDB di bawah 25 persen. Hal itu merupakan capaian luar biasa di tengah carut marut kondisi ekonomi global yang menyebabkan posisi ekonomi sejumlah negara yang dianggap kuat justru ambruk dan mengalami kejatuhan peringkat utang. Pencapaian peringkat investment grade ini memiliki nilai sangat penting karena akan berpengaruh pada pandangan dunia terhadap perekonomian Indonesia dan memperbesar peluang untuk bisa meningkatkan kegiatan investasi di Indonesia.

Indonesia akan menjadi kian menarik sebagai tujuan investasi dan mampu menyerap modal asing. Namun, patut diingat bahwa modal itu perlu dikelola dengan cermat dan dialokasikan dalam investasi sektor riil berjangka panjang guna menopang pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Kedua, hal lain yang membuat bangsa Indonesia patut optimis dalam melangkah memasuki tahun 2012 adalah pertumbuhan masyarakat kelas menengah yang melesat dalam lima tahun terakhir. Pertumbuhan kelas menengah ditengarai sebagai salah satu pemutar roda perekonomian. Paling tidak konsumsi mereka telah menyumbang 70 persen dari pertumbuhan ekonomi.

Laporan terbaru Bank Dunia bertajuk Global Development Horizons 2011 Multipolarity: The New Global Economy, menempatkan Indonesia, Brasil, China, India, Korsel, dan Rusia sebagai penopang pertumbuhan ekonomi dunia hingga 2025 mendatang. Bank Dunia menilai lebih dari 50 persen pertumbuhan ekonomi dunia akan disumbangkan oleh enam negara kekuatan ekonomi baru ini.

Ekonomi enam negara ini tumbuh dengan pemicu berbeda-beda. Pertumbuhan China dan Korsel ditopang arus ekspor yang tinggi. Sementara itu, konsumsi dalam negeri yang tinggi menjadi pemicu utama pertumbuhan ekonomi Brazil dan Indonesia. Konsumsi dalam negeri yang tinggi tentu sangat terkait erat dengan perkembangan kelas menengah.

Menurut Kepala Ekonomi Bank Dunia, Mansoor Dailami, peningkatan jumlah kelas menengah di negara-negara berkembang telah membuat tren konsumsi dalam negeri meningkat. Hal ini secara bertahap akan menjadi sumber pertumbuhan global berkelanjutan.

Negara-negara dengan populasi kelas menengah muda produktif cenderung memiliki tingkat konsumsi lebih tinggi ketimbang negara-negara dengan populasi berusia tua. Jika dibandingkan negara-negara berkembang lain, pertumbuhan kelas menengah di Indonesia tergolong sangat cepat. Berdasarkan data Bank Dunia, tahun 2003 jumlah kelas menengah di Indonesia hanya sebesar 37,7 persen, namun pada 2010 mencapai 134 juta jiwa atau 56,6 persen.

Sementara itu, Asian Development Bank (ADB) dalam laporan bertajuk “Key Indicator for Asia and The Pacific 2010” membagi kelas menengah dalam tiga kelompok berdasarkan biaya pengeluaran per kapita per hari.

Kelompok pertama merupakan kelas menengah dengan pengeluaran sebesar USD 2-4 per kapita per hari. Kelas menengah kedua merupakan kelas mengenah dengan pengeluaran USD4-10 per kapita per hari. Lalu, kelas menengah ketiga merupakan kelas menengah dengan pengeluaran sebesar USD10-20 per kapita per hari.

Selain itu, berdasarkan data tahun 2009 Asian Development Bank (ADB) mengungkan fakta bahwa kelas menengah di Indonesia banyak berasal dari industri pelayanan jasa. Sektor industri lain yang turut menghasilkan kelas menengah adalah pertanian, perdagangan, manufaktur, dan konstruksi.

Selain memberikan keuntung bagi investor asing, keberadaan kelas menengah juga sangat menguntungkan bagi pemerintah. Pemerintah dapat mengambil keuntungan dari fenomena pertambahan masyarakat kelas menengah ini. Salah satu keuntungan yang dapat diterima pemerintah ialah berkurangnya anggaran untuk subsidi. Logikanya kelas menengah tidak lagi memerlukan subsidi.

Di samping itu, pertumbuhan kelas menengah yang pesat juga akan menguntungkan pemerintah dari sisi penerimaan pajak sebab wajib pajak akan bertambah. Penerimaan sektor pajak ini dapat digunakan pemerintah infrastruktur, fasilitas pendidikan, layanan kesehatan, dan lain-lain.

Atas dasar itu, agaknya sikap optimis layak ditunjukkan bangsa Indonesia saat melangkah memasuki tahun 2012. Meskipun demikian, hal itu bukan berarti tugas pemerintah akan terasa ringan. Sebaliknya, justru inilah momentum bagi pemerintah untuk mengerahkan segala upaya agar peluang emas itu tidak terlewatkan percuma.

BAWONO KUMORO
Peneliti The Habibie Center

Filed under: umum

Mengawal agar Hukum Tak Pilih Bulu

Inilah saat tepat mengawal agar proses-proses penegakan hukum tidak pilih bulu. Agar ditegakkan asas bahwa semua orang sama di hadapan hukum. Pemrosesan Nunun Nurbaetie, tersangka kasus suap pemilihan Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia 2004, kini menjadi sorotan: karena dia termasuk extra ordinary people, akankah terjadi penyesuaian-penyesuaian perlakuan yang hanya menegaskan sering terjadinya diskriminasi hukum? Hal pertama sudah disorot, yakni apakah ia diperlakukan istimewa di dalam tahanan, atau harus menjalani apa yang juga dijalani oleh tahanan lainnya.

Persoalan siapa menerima perlakuan istimewa seperti apa di dalam tahanan, telah menciptakan kesan betapa bebal nurani penegakan hukum di negeri ini. Ditemukannya sel yang disulap bak hotel berbintang lewat ekspose media pun tidak mampu menjadi terapi yang mengubah “budaya perlakuan” itu. Diskriminasi dalam berbagai bentuk masih terus muncul. Setelah “temuan” sel mewah Artalyta Suryani, perlakuan istimewa untuk tersangka skandal pajak Gayus Tambunan dan tersangka korupsi Wisma Atlet SEA Games Muhammad Nazaruddin juga mendapat sorotan tajam.

Saking kuatnya kesan tradisi diskriminasi hukum itu, bahkan foto Nunun yang sedang tidur di dalam sel sempit Rutan Pondok Bambu bersama sejumlah tahanan lainnya pun “dicurigai” sebagai sebuah foto rekayasa, untuk menunjukkan dia sama sekali tidak diistimewakan. Jadi persoalannya sudah menyangkut kepercayaan publik, juga skeptisme bahwa tidak akan ada perlakuan yang benar-benar sama bagi setiap warga negara.

Dengan latar kenyataan seperti itu, bagaimana kita mengawal agar asas kesetaraan di depan hukum itu betul-betul dilaksanakan seperti apa adanya?
Seharusnyalah pengawasan yang bersifat reguler sudah melekat pada fungsi-fungsi dalam setiap mata rantai proses penanganan suatu kasus. Tetapi terbukti setiap kali muncul persoalan yang sama: terungkap pemberian keistimewaan kepada tahanan tertentu, ramai terekspose, direspons dengan tindakan, namun tidak menjadi momentum perubahan mentalitas. Sirkulasi masalah seperti itu terus berulang. Setiap celah cenderung selalu dimanfaatkan untuk menciptakan bias dalam proses. Baru setelah sebuah “temuan” diramaikan oleh media, tindakan represif pun segera mengikuti.

Perlakuan terhadap Nunun idealnya menjadi refleksi keseriusan penegakan hukum, karena posisi keluarbiasaannya memuat banyak aspek. Ia luar biasa dari aspek keluarga, dengan status sebagai istri mantan wakil kepala Polri; ia seorang sosialita dengan jaringan pergaulan ke tokoh-tokoh penting di pusat-pusat kekuasaan; pelariannya ke luar negeri selama dua tahun dengan alasan berobat dari penyakit lupa sudah menunjukkan “kekuatan” seorang Nunun Nurbaetie. Kini masyarakat melalui elemen-elemen kritis dan pegiat antikorupsi pasti akan mengawal pemrosesannya.

Konsistensi sikap institusi-institusi hukum kita dalam menegakkan kesetaraan perlakuan itu, janganlah disikapi sekadar sebagai masalah sepele, apa pun justifikasinya. Keniscayaan menghadapi intervensi kekuatan-kekuatan politik, pusat-pusat kekuasaan, dan modal kiranya justru harus ditunjukkan mulai dari sikap konsisten itu. Kepercayaan publik jelas akan dibangun oleh keberanian aparat hukum untuk bersikap istikamah menjalankan amanah rasa keadilan. Bukankah mestinya kita sudah banyak belajar dari kondisi pahit penegakan hukum yang diskriminatif, seperti selama ini? http://antikorupsijateng.wordpress.com

Filed under: umum

Hati-hati Percintaan Bubar Karena Teknologi

Selalu ada sisi positif dan negatif dari semua hal, termasuk teknologi. Jika tidak hati-hati, perkembangan teknologi yang harusnya memudahkan, justru bisa menganggu kisah cinta Anda.

Ada orang yang mendapatkan kekasih lewat Internet, tetapi ada juga yang dicampakkan pujaan hati lewat SMS. Kehadiran teknologi dalam dunia percintaan memang kini semakin maju. Bukan hanya sekadar alat penghubung tapi juga bisa berfungsi sebagai detektif sampai “satpam”. Nah, jika tidak hati-hati, kecanggihan teknologi yang baik malah bisa berbalik merugikan kehidupan cinta Anda. Waspadalah!

http://leosangsingo.wordpress.com

 

Sibuk sendiri
Ketak-ketik di BlackBerry atau telepon selular cerdas Anda hampir tak bisa berhenti bahkan sampai detik terakhir sebelum tidur. Sering kali Anda lebih fokus pada ponsel, ketimbang pasangan yang duduk manis di sebelah. Saat liburan, interaksi Anda berdua juga kerap kurang maksimal karena kehadiran gangguan yang masuk melalui gadget Anda.

Jangan biarkan gadget atau alat komunikasi lainnya mengurangi kualitas hubungan Anda dengan orang terdekat. Usahakan sebisa mungkin melupakan gadget Anda dan berbincang dengan kekasih, teman makan malam. Bagaimanapun sentuhan personal dan interaksi saat tatap muka penting untuk meningkatkan kualitas hubungan walau Anda sudah saling berkabar seharian lewat pesan singkat.

Prioritas pertama
Apa yang Anda lakukan ketika baru bangun tidur? Memeluk pasangan, mencium si buah hati, atau memeriksa pesan di ponsel Anda? Jawaban yang terakhir mungkin lebih banyak dipilih saat ini.

Sadarkah Anda bahwa saat ini si gadget andalan sudah berubah jadi prioritas ketimbang orang tersayang? Berapa kali Anda harus melepaskan genggaman saat menonton bioskop dengan kekasih karena harus memeriksa pesan? Kerap juga pembicaraan penting dengan pasangan terganggu karena ada tanda pesan masuk di ponsel.

Jangan membiarkan diri Anda “dijajah” gadget. Selalu tetapkan batasan kapan Anda bisa terus memeriksa pesan di ponsel dan kapan Anda bisa benar-benar fokus untuk berinteraksi dengan kekasih. Orang tersayang Anda pasti kecewa jika ia dinomorduakan, meski oleh benda elektronik.

Eksistensi
Semakin berkembang, Internet menjadi tempat untuk berbagai macam hal, termasuk tempat menunjukkan eksistensi. “Kok status Facebook kamu masih single, kan kita sudah jadian?”

“Pasang foto sama aku dong di avatar Twitter?”

Nah, hal kecil seperti ini sering jadi pemicu konflik. Kata sayang atau komitmen kini tak cukup lagi hanya ditunjukkan secara tatap muka langsung. Status di Internet pun penting untuk mengukuhkan sebuah hubungan. Jika kekasih keberatan, maka potensi konflik bisa terjadi.

Dianggap masih ingin cari pacar, tidak mau menunjukkan sudah punya istri, atau bahkan dituduh tidak sayang jika tidak mau memajang eksistensi orang tersayang di situs jejaring sosial! Padahal setiap orang punya alasan dan preferensinya masing-masing.

Bisa saja sang kekasih menolak mengungkap terlalu banyak kisah pribadi atau kehidupan cintanya di jejaring sosial karena lebih banyak menggunakannya untuk urusan pekerjaan. Bicarakan hal ini baik-baik dan jangan jadikan sebagai tuntutan.

Jika ia memang siap membuka kehidupan pribadinya ke publik, tanpa diminta pun ia akan senang hati memasang status in a relationship atau married di profil jejaring sosialnya.

Mata-mata
Penguntit atau stalker era masa kini memang berbeda dengan jaman Alfred Hitchcock. Sekarang, tak lagi perlu keluar rumah untuk mengetahui apa yang sedang dikerjakan kekasih, di mana ia berada, hingga dengan siapa ia pergi. Cukup intip-intip status jejaring sosialnya atau bahkan lengkapi ponselnya dengan aplikasi berbasis GPS sehingga mudah melacak keberadaannya.

Ini juga menjadi potensi konflik karena tak sedikit pasangan yang cemburu buta. Kekasih dan mantannya sama-sama ‘check-in’ foursquare di mal tertentu dan bukan berarti mereka sedang bersama. Bisa saja kebetulan.

Atau kasus lain, jika pasangan Anda terlalu sering mention seseorang di Twitter, maka Anda secara otomatis membuka profil orang tersebut: Siapa dia dan apa hubungannya dengan kekasih Anda.

Apakah dalam konfrontasi Anda lebih percaya Internet ketimbang ucapan pasangan? Apalagi jika pasangan saling tahu password. Secara berkala pasti akan ada aktivitas saling memeriksa inbox atau aktivitas dan pertemanannya di situs tersebut secara diam-diam.

Huft! Melelahkan sekali ya jadi kekasih zaman sekarang. Mungkin banyak yang sudah lupa pada yang namanya kepercayaan dalam suatu hubungan. Karena itu jangan lupakan komunikasi tatap muka langsung agar hubungan tetap kuat tanpa perlu sibuk menjadi penguntit di dunia maya.

Tuntutan baru
Sudah dibaca (“R”) kenapa belum dibalas? Kenapa dia nggak mau memberi tahu password Facebook? Tak sedikit juga pasangan yang meminta kekasihnya mengirim bukti foto tempat ia berada karena tidak percaya pada ucapan kekasih. Banyak tuntutan baru muncul dengan adanya perkembangan teknologi. Tuntutan ini seringkali menjadi sumber konflik jika pasangan belum memiliki dasar hubungan yang kuat.

Mudah menilai
“Pacar baru kamu narsisistik ya, lihat saja Facebooknya.”

“Kayaknya teman baru kamu orangnya aneh deh kalau aku lihat Twitternya.”

Ketika bertemu atau mendengar nama orang baru, tak jarang yang dilakukan adalah mencari akun jejaring sosialnya atau menelusuri namanya di mesin pencari. Hasil pencarian akun jejaring sosialnya pun bermacam-macam. Ada yang positif, ada yang negatif. Tapi sering hasil pencarian itu dijadikan bahan untuk menilai orang tersebut. Bisa jadi Anda membatalkan kencan hanya karena melihat “keanehan” pada akun jejaring sosialnya.

Seperti halnya jangan menilai buku hanya dari sampulnya, jangan pula menilai seseorang hanya dari akun jejaring sosialnya. Memang akun jejaring sosialnya bisa memberikan gambaran tentang orang tersebut, tapi tak ada salahnya bertemu langsung dan siapa tahu ia tak seperti yang Anda duga.

Selingkuh
Ini yang paling berpotensi menimbulkan konflik. Beberapa studi mengatakan aktivitas yang tinggi pada situs jejaring sosial bisa membuka potensi selingkuh. Kemudahan untuk menggoda dan berhubungan dengan teman lama bisa membuka pintu baru untuk main api. Sekadar berteman atau sudah masuk ke kategori selingkuh? Batasan flirting pun kini semakin abu-abu dengan adanya fitur-fitur di jejaring sosial.

Jangan biarkan hal ini terjadi pada hubungan Anda. Kuncinya, tetap pertahankan kualitas komunikasi dan kepercayaan dalam hubungan. Kuatkan hubungan Anda lewat interaksi secara langsung dan tetap saling berkabar lewat gadget andalan.

Jangan biarkan Internet dan gadget merusak hubungan cinta Anda yang begitu berharga.

Filed under: umum

Lika-Liku Korupsi Waktu

وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ. الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ. وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ

Allah berfirman, yang artinya, “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.” (Qs. Al-Muthaffifin: 1-3)

Syekh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata, “Muthaffifin adalah orang yang meminta hak mereka secara utuh namun mengurangi hak orang lain. Artinya, mereka mengumpulkan dua sifat, yaitu ‘syuhh’ dan bakhil. Syuhh adalah menuntut hak secara penuh tanpa ada tawar-menawar, sedangkan bakhil adalah tidak mau melaksanakan kewajiban, yang dalam hal ini adalah menyempurnakan takaran dan timbangan.

Contoh yang Allah berikan dalam ayat ini terkait dengan takaran dan timbangan adalah sekadar contoh, sehingga bisa dianalogkan dengan hal-hal yang serupa. Sehingga setiap orang yang menuntut haknya secara utuh namun tidak mau menunaikan kewajiban dengan baik termasuk dalam ayat di atas.

Semisal seorang suami yang menuntut agar istrinya memberikan hak-hak suami secara utuh dan dengan penuh perhatian, namun giliran hak istri, dia tidak mau menunaikan dan memperhatikannya.

Demikian pula, kita jumpai sebagian orangtua yang menginginkan agar anak-anaknya memberikan hak orangtua dengan utuh, yaitu berbakti kepada orangtuanya dengan harta, badan, dan semua bentuk bakti. Akan tetapi, mereka menyia-nyiakan hak anak mereka dan mereka tidak mau melaksanakan kewajiban sebagai orangtua. Kami katakana bahwa orangtua ini adalah muthaffif, sebagaimana suami model pertama juga muthaffif.” (Tafsir Juz ‘Amma, hal. 93-95)

Demikian pula, seorang pekerja atau pegawai yang menuntut agar mendapatkan gaji yang utuh, namun datang dan perginya sangat tidak tepat waktu juga termasuk muthaffif yang Allah tegur dengan teguran keras dalam ayat di atas.

عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ قَالَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوْقَ الأُمَّهَاتِ، وَوَأْدَ الْبَنَاتِ، وَمَنَعَ وَهَاتِ

Dari al-Mughirah bin Syu’bah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan mendurhakai ibu, membunuh anak perempuan, dan mana’a wahat.” (HR. Bukhari no. 2408, dan Muslim no 4580)

Yang dimaksud “mana’a wahat” adalah tidak mau melaksanakan kewajiban, atau meminta hal yang bukan haknya.

Seorang pegawai yang tidak menunaikan kewajibannya dengan baik, semisal dalam hal disiplin waktu, namun menuntut kompensasi yang lebih tinggi daripada pekerjaan yang dilakukan, dikhawatirkan termasuk dalam hadits di atas.

Syekh Abdul Muhsin al-Abbad, pakar hadits dari kota Madinah saat ini, mengatakan, “Setiap pegawai dan pekerja wajib menggunakan jam kerjanya hanya untuk mengerjakan pekerjaan yang menjadi kewajibannya. Tidak diperbolehkan menggunakan jam kerja untuk urusan lain selain pekerjaan yang menjadi kewajibannya.

Tidak boleh memanfaatkan seluruh jam kerja atau sebagian jam kerja untuk kepentingan pribadi atau kepentingan orang lain, jika tidak ada hubungannya dengan pekerjaannya. Sesungguhnya, jam kerja tidak lagi menjadi milik pegawai atau pekerja tersebut, namun milik pekerjaan dengan kompensasi gaji yang didapatkan dari pekerjaan tersebut.” (Kaifa Yu`addi al-Muwazhzhaf al-Amanah, hal. 4)

Al Mu`ammar bin Ali bin al Mu`ammar al-Baghdadi pernah menasihati Nizhamul Mulk, seorang menteri di masanya di Mesjid Jami’ al-Mahdi. Di antara nasihat beliau, “Telah dimaklumi bersama, wahai pemuka Islam, bahwa setiap orang memiliki pilihan tentang apa yang diinginkan dan apa yang akan dilakukan. Jika mau maka dilanjutkan, dan jika tidak mau maka berhenti di tengah jalan.

Adapun orang, dia memiliki jabatan tertentu, sehingga dia tidak memiliki hak pilihan dalam keinginan dan tindakan yang akan dilakukannya, karena orang yang memiliki jabatan di pemerintahan itu, pada hakikatnya adalah buruh yang telah menjual waktunya dengan kompensasi gaji yang diterima.

Oleh karena itu, waktu siang hari (jam kerja) tidak bisa dipergunakan seenaknya sendiri. Dia tidak boleh melakukan shalat sunnah dan beri’tikaf sunnah (pada waktu jam kerja, pent) sehingga dia tidak memikirkan dan mengatur hal-hal yang menjadi kewajibannya. Hal itu dikarenakan, amal-amal tersebut bernilai sunnah sedangkan pekerjaan adalah kewajiban yang harus dikerjakan.

Engkau, wahai pemuka Islam, meski engkau berstatus sebagai menteri namun hakikatnya engkau adalah pelayan masyarakat. Negara telah menggajimu dengan gaji yang besar supaya engkau menggantikan tugas negara di dunia dan di akhirat.

Di dunia untuk mewujudkan kebaikan bagi kaum muslimin, sedangkan di akhirat untuk menjawab pertanyaan Allah. Engkau akan berdiri di hadapan Allah, lalu Allah akan berkata kepadamu, “Telah kuberikan kekuasaan kepadamu untuk mengatur negeri dan rakyat, lalu apa saja yang telah kau lakukan untuk mewujudkan kesejahteraan dan menegakkan keadilan?” (Dzail Thabaqat al-Hanabilah, karya Ibnu Rajab:, 1/43)

Sungguh sangat menyedihkan, banyak kaum muslimin yang melalaikan kewajiban ini. Seorang pegawai atau pekerja dengan santainya seakan tidak merasa berdosa pulang sebelum jam kerja berakhir dan terlambat tiba di tempat kerja, tanpa alasan yang jelas. Demikian pula, seorang guru namun jarang masuk kelas untuk menunaikan kewajibannya sebagai pengajar.

Penulis: Ustadz Abu ‘Ukkasyah Aris Munandar, S.S.
Artikel PengusahaMuslim.Com

Filed under: umum

Inilah 10 Fakta Yang Sebenarnya Salah Namun DianggapBenar

1. Sepatu Cinderella terbuat dari kaca ? 2. Makhluk terbesar di Bumi adalah ikan paus ? 3. Gunung Everest adalah gunung tertinggi di dunia ? 4. Gurun Sahara adalah tempat terkering di dunia ? 5. Air berwarna bening ? 6. Penemu teori relatifitas adalah Einsten ? 7. Apa hewan paling berbahaya ? 8. Dari manakah asal unta ? 9. Berapa jam sebaiknya anda tidur setiap malam ? 10. Apa Yang Tejadi Kalau Anda Merasa Ketakutan ? BERIKUT ADALAH JAWABAN YANG BENAR: 1. Terbuat Dari Apakah Selop Cinderella ? Jawabannya adalah Bulu Bajing Charles Perrault, yang menulis versi modern kisah tersebut pada abad ke-17
belas, salah mendengar kata vair (bulu bajing) dalam dongeng abad
pertengahan yng dipinjam dan diperbaruinya dengan kata verre (kaca)
yang kedengarannya mirip. Cinderella adalah sebuah kisah yang kuno dan universal. Ada sebuah versi
asal Cina yang berasal dari abad kesembilan dan 340 versi lain sebelum yang
dibuat oleh Perrault. Tak satu pun versi awal tersebut menyebutkan selop
kaca. Dalam kisah Cina yang original-Yeh Shen-, selop tersebut terbuat dari
benang emas dengan sol emas padat. Dalam versi Skotlandia-Rashie Coat-
selop tersebut dibuat dari rumpun gelagah. Dalam dongeng Prancis abad pertengahan, yang diadaptsi oleh Perrault, sepatu Cinderella digambarkan
sebagai pantoufles de vair-selop dari bulu bajing. Selain memoles kisah Cinderella, menambahkan tikus-tikus, buah labu, dan
ibu peri, Perault juga mengurangi kesadisan dalam cerita itu. Dalam buku asli
abad pertengahan tersebut, saudara-saudara perempuan yang buruk rupa
memotong jari kaki mereka untuk mencoba selop tersebut, dan setelah sang
Pangeran menikahi Cinderella, Sang Raja membalas dendam kepada mereka
dan ibu tiri yang kejam dengan memaksa mereka berdansa sampai mati dengan menggunakn sepatu bot besi yang panas. 2. Makhluk Hidup Apa Yang Terbesar di Bumi ?
Jawabannya adalah jamur Dan bahkan bukan jenis jamur yang langka. Jika Anda punya jamur madu
(Armillaria ostoyae) yang biasanya tumbuh di kebun Anda, maka
berharaplah jamur tersebut tidak mencapai ukuran spesimen tebesar yang
pernah tercatat, yaitu yang ada di Hutan Nasional Malheur di Oregon. Jamur
tersebut melingkupi 890 hektar dan usianya antara 2.000 hingga 8.000
tahun. Sebagian besar jamur tersebut terletak dibawah tanah dalam bentuk karpetmasif mycelia (seperti akar) berwarna putih yang mirip tentakel. 3. Gunung Apa Yang Paling Tinggi di Dunia ?
Jawabnya adalah Gunung Olympus atau Olympus Mount Dengan tinggi ±22 km dan lebar± 624 km (bandingkan dengan G.Everest
yang tingginya cuman ±8,848 km), menjadikan gunung yang terdapat di
Mars tersebut menjadi gunung tertinggi dan terlebar yang pernah
ditemukan, bahkan kawahnya memiliki lebar 72 km dengan kedalaman 3 km
(cukup besar untuk menelan kota London). Meskipun demikian, Gunung Olympus tidaklah curam seperti yang
dibayangkan banyak orang, kemiringannya yang sangat landai antara satu
atau tiga derajat berarti Anda bahkan tak berkeringat saat mendakinya. 4. Dimanakah Tempat Paling Kering di Dunia ?
Jawabannya adalah Di Antartika Sebagian besar wilayah benua ini tidak pernah mendapat hujan selama 2
juta tahun.Walaupun memang, curah hujan di Gurun Sahara hanya 25 mm
setahun, kurang lebih sama dengan curah hujan di Antartika, tetapi 2% dari
wilayah Antartika yang dikenal sebagai Lembah-Lembah Kering sama sekali
tidak memiliki salju dan es dan tak pernah dituruni hujan. Kondisi-kondisi unik di Lembah-Lembah Kering Antartika tersebut
disebabkan oleh apa yang dinamakan angin katabatic. Angin ini muncul
ketika udara yang dingin dan pekat ditarik ke bawah hanya dengan
kekuatan gravitasi. Kecepatan angin ini dapat mencapai 320 km/jam,
menguapkan semua yang basah, air, es,dan salju dalam pergerakannya. 5. Apa Warna Air ?
Jika anda berpendapat bahwa air itu tidak berwarna atau warnanya
bening/transparan, sedangkan warna biru itu hanya didapatkan dari
pantulan dari langit, maka jawaban anda salah. Air memang benar – benar berwarna biru, walaupun sangat pucat. Anda
dapat meihat ini di alam jika Anda melongong kedalam sebuah lubang yang
dalam di salju/es. Jika Anda menemukan sebuah kolam yang sangat putih,
isilah dengan air dan lihat lurus-lurus melewatinya, pasti airnya berwarna
biru. Selain warna yang didapat dari pantulan cahaya di langit, kadang-kadang
laut juga berwarna hijau cemerlang walaupun di bawah langit yang biru
cerah. Itu karena disebabkan oleh tanaman mikoskopik dan ganggang yang
mengandung konsentrasi tinggi. 6. Siapakah Yang Menemukan Teori Relatifitas ?
Bukan Einsten. Teori relatifitas pertama kali diungkapkan oleh Galileo Galilei
dalam karyanya Dialogue Concerning the World’s Two chief Systems pada
tahun 1632. Teori relativitas mengungkapkan bahwa semua benda bersifat relative
terhadap gerakan satu sama lain. Dari sini terungkap bahwa kecepatan
sebuah benda tidak dapat dinyatakan secara absolute, hanya relatif
terhadap sesuatu yang lain. Tetapi tidak lama kemudian, Albert Einsten menyadari bahwa Galileo
membuat kesalahan dalam teori relativitasnya, atau lebih mungkin teori
tersebut gagal dalam kondisi-kondisi khusus. Karya Einsten pada tahun 1905, On the Electro dynamics of Moving Bodies,
adalah tulisan pertama yang membicarakan Teori Relativitas Khusus, yang
menjelaskan sifat-sifat aneh partikel-partikel yang bergerak mendekati
kecepatan cahaya dalam ruang hampa udara. Teori Relativitas Umumyang menerapkan teori khusus tersebut terhadap
fenomena skala besar seperti gravitasi, dipublikasikan sepuluh tahun
kemudian pada tahun 1915. 7. Hewan Apa Yang Paling Berbahaya ?
a) Ular Kobra b) Harimau c) Black Widow Spider d) Ikan Hiu Tak ada satu pun pilihan diatas yang benar. Jawabannya adalah Nyamuk. Separuh umat manusia yang telah meninggal (jumlahnya mungkin sekitar 45
milyar jiwa) tewas karena nyamuk betina (nyamuk jantan hanya menggigit
tanaman)Nyamuk membawa lebih dari 100 penyakit yang berpotensi
menimbulkan kematian termasuk malaria , demam kuning, demam dengue,
rasang otak, filariasis, dan kaki gajah. Bahkan dewasa ini, nyamuk
membunuh satu orang setiap dua belas detik. Herannya, tak ada orang yang menyadari bahwa nyamuk itu berbahaya sampai akhirabad ke-19. Faktanya terdapat 2.500 spesies nyamuk yang dikenal, 400 diantaranya
bagian dari family Anopheles, dan dari jumlah itu 40 spesies bisa
menjangkitkan malaria. Nyamuk betina tertarik pada mangsa mereka melalui kelembaban, susu,
karbondioksida, panas tubuh, dan pergerakan, jadi orang yang berkeringat
dan perempuan hamil mempunyai peluang digigit yang lebih besar. 8. Dari Manakah Asal Unta ?
Jawabannya adalah Amerika Utara Icon gurun pasir Afrika dan Arab itu ternyata berasal dari Amerika. Seperti
halnya kuda dan anjing, unta muncul di padang rumput Amerika, 20 juta
tahun yang lalu. Pada masa itu, mereka tampak lebih mirip jerapah atau
gazelle. Baru 4 juta tahun yang lalu mereka melintasi daratan penghubung
Bering menuju Asia. Unta punah di Amerika Utara selama jaman es yang terakhir dan tidak
seperti kuda dan anjing, unta tidak pernah kembali kesana lagi. 9. Berapa Jam Sebaiknya Anda Tidur Setiap Malam ?
Ternyata, berbahaya tidur 8 jam semalam. Orang dewasa yang tidur 8 jam
atau lebih (atau kurang dari) dalam semalam, meninggal dalam usia yang
lebih muda daripada mereka yang tidur hanya 6 atau 7 jam dalam semalam,
dan ini sudah dibuktikan oleh Profesor Daniel Kripke dari Universitas
California pada tahun 2004. Terdapat bukti bahwa gajah yang terkenal panjang umur tidur hanya 2 jam
sehari, sedangkan koala yang tidurnya 20 jam sehari hanya menghabiskan
hidupnya selama 10 tahun, tetapi kekurangan tidur juga membahayakan
terhadap ingatan dan hilanganya IQ dan kemampuan bernalar untuk
sementara. Rata-rata orang memerlukan waktu 7 menit untuk jatuh tertidur. Orang
tidur yang sehat dan normal terbangun antara 15 dan 35 kali setiap malam. 40% penyebab kecelakaan kendaraan bermotor di Indonesia adalah
pengemudi yang jatuh tertidur. Cara terbaik untuk menghentikan kejadian
ini adalah dengan menyelipkan sejumput rambut atau semacamnya di
penghalau silau mobil anda. Cara terbaik kedua adalah dengan makan apel.
Apel merangsang pencernaan dan memberikan energi yang dilepaskan
secara perlahan-lahan. Cara yang lebih efektif daripada meminum kopi yang efeknya hanya jangka pendek. 10. Apa Yang Terjadi Kalau Anda Merasa Takut ?
Analogikan ketika Anda berjalan di jalanan, dan tiba-tiba ada anjing yang
menggonggong pada Anda. Pasti tidak mudah untuk tetap tenang dalam
keadaan itu, lebih mungkin Anda akan ketakutan dan diam tidak bisa
bergerak. Namun setelah sedetik,Anda akan mungkin berteriak atau
mencoba menenangkan diri, mungkin mendekati anjing itu,menunggu gerakan berikutnya, dan berpikir bagaimana caranya membela diri. Tapi dalam sepersekian detik itu, tubuh Anda juga bereaksi. Mata dan telinga
Anda memberi gambaran anjing dan salakannya ke otak. Otak mengenali
pesan itu sebagai bahaya dan mengeluarkan hormon bernama adrenalin
untuk meningkatkan kandungan glukosa di dalam darah, siap untuk member
energi extra pada otot. Sumber: Inilah 10 Fakta Salah Yang Beredar Di Masyarakat – Yafi Blog http://
yafi20.blogspot.com/2011/11/inilah-10-fakta-salah-yang-beredar-
di.html#ixzz1dDf0camo

Filed under: umum

Translator

Perlu Diketahui

Diizinkan mengutip tulisan dari blog ‘anasmapalasta’ ini BOLEH asalkan mencantumkan dengan jelas link sumber tulisan, nama penulis, dan/atau permanent link ke tulisan yang dikutip, selama bukan untuk tujuan komersial dalam bentuk apapun.
Mei 2024
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  

RSS Feed yang Tidak Diketahui

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

RSS Feed yang Tidak Diketahui

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

Social Bookmarking

My Facebook

Photobucket

Info Pengunjung & Statistik

Blog Stats

  • 81.052 hits

Blog Directory

Status YM

Sponsor

Advertensi


Masukkan Code ini K1-3AE43D-D
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com
WordPress for Business Bloggers